Penyakit yang menyerang saluran pencernaan, seperti norovirus dan jangkitan Shigella memang sekilas serupa, tapi sebenarnya berbeda. Oleh lantaran itu, krusial bagi orang tua untuk memahami perbedaan keduanya agar dapat memberikan perawatan yang tepat.
Dikutip dari Motherly, norovirus dan jangkitan Shigella sama-sama dapat menyebar dengan cepat. Kedua penyakit tersebut juga menyebabkan indikasi yang serupa: diare, muntah, demam ringan, kram, dan mual.
Namun dari segi penularan, gejala, lama penyakit dan pengobatan, norovirus dan jangkitan Shigella berbeda ya, Bunda.
Apa itu norovirus?
Norovirus adalah virus yang sangat menular dan menjadi salah satu penyebab utama diare dan muntah pada anak-anak dan orang dewasa.
Biasanya, indikasi jangkitan akibat norovirus dimulai dengan muntah yang disertai diare, sakit perut, dan kadang-kadang demam ringan. Pada anak-anak, muntah condong lebih dominan, sementara orang dewasa lebih sering mengalami diare.
Apa itu jangkitan Shigella?
Dikutip dari Mayo Clinic, jangkitan Shigella adalah penyakit yang menyerang usus. Nama lain untuk penyakit ini adalah shigellosis. Penyakit ini disebabkan oleh sekelompok kuman yang disebut kuman shigella.
Anak-anak di bawah usia 5 tahun paling mungkin terkena jangkitan Shigella. Namun, penyakit ini dapat terjadi pada usia berapa pun. Kuman yang menyebabkannya menyebar dengan mudah melalui tinja orang yang terinfeksi. Kuman dapat menempel pada jari, permukaan, alias makanan alias air.
Gejala utama jangkitan Shigella adalah diare yang berdarah alias berjalan lama. Gejala lainnya dapat berupa demam dan sakit perut.
Meski jangkitan Shigella dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu seminggu, perawatan unik seperti pemberian obat disebut antibiotik mungkin diperlukan berasas rekomendasi dokter.
Gejala norovirus dan jangkitan Shigella
Infeksi Shigella adalah jangkitan yang disebabkan oleh bakteri, sedangkan norovirus disebabkan oleh sekelompok virus.
Kedua jangkitan tersebut ditandai dengan indikasi mulai dari mual hingga kram, diare, dan muntah. Cara terbaik untuk mengetahui apakah seseorang terkena norovirus alias jangkitan Shigella adalah melalui sampel tinja.
Tapi master biasanya dapat mendiagnosis jangkitan berasas gejala, durasi, dan apakah suatu daerah sedang mengalami pandemi pada salah satu dari keduanya.
Gejala norovirus pada anak-anak
"Norovirus pada anak-anak biasanya muncul sebagai muntah, sedangkan orang dewasa mungkin lebih sering mengalami diare," kata Roger Seheult, MD, master penyakit dalam.
Berikut ini gejala-gejala yang mungkin muncul akibat norovirus:
- Diare
- Muntah dan mual
- Sakit perut
Selain itu, dalam kasus yang jarang jangkitan norovirus juga dapat menyebabkan keluhan seperti demam, sakit kepala dan pegal-pegal.
Gejala jangkitan Shigella pada anak-anak
Shigellosis pada anak-anak biasanya ditandai dengan diare encer. Gejala lain yang dapat juga muncul akibat jangkitan Shigella meliputi:
- Diare yang mengandung darah alias lendir
- Kram perut
- Demam
- Kehilangan selera makan
- Mual dan muntah
- Buang air besar yang menyakitkan
- Tenesmus (perasaan mau buang air besar meskipun usus dalam kondisi kosong)
Perbedaan norovirus dan Shigella
Jika memandang dari gejalanya, perbedaan utama antara norovirus dan jangkitan Shigella tidak terlalu signifikan. Akan tetapi ada beberapa perbedaan yang mencolok, yaitu:
- Infeksi Shigella lebih mungkin muncul dengan demam.
- Norovirus condong dimulai dengan muntah dan kemudian berkembang menjadi diare, alias keduanya dapat dimulai sekaligus. Sementara itu jangkitan Shigella condong muncul sebagai diare dibandingkan muntah.
- Norovirus dapat memperkuat selama 1 hingga 3 hari, sementara jangkitan Shigella dapat memperkuat selama 5 hingga 7 hari.
Meskipun jangkitan Shigella dapat memperkuat lebih lama daripada norovirus, keduanya dapat keluar melalui tinja selama berhari-hari alias apalagi berminggu-minggu setelah gejalanya hilang.
Perbedaan pengobatan norovirus dan jangkitan Shigella
"Karena norovirus disebabkan oleh virus dan bukan bakteri, mengonsumsi antibiotik tidak bakal berhasil. Dalam kebanyakan kasus, antibiotik juga tidak diperlukan untuk shigellosis, lantaran sebagian besar kasusnya ringan pada anak-anak," ungkap master ahli anak, Ali Alhassani, MD.
Meskipun antibiotik dapat memperpendek lama shigellosis beberapa hari, tapi penggunaannya kudu tepat dan bijak. Konsumsi jenis obat ini hanya berasas resep dari master saja ya, Bunda.
Jangan lupa untuk menjaga anak-anak tetap terhidrasi, berikan makanan dalam porsi mini tapi sering, dan berikan lebih banyak waktu rehat untuk mengatasi kedua indikasi penyakit tersebut.
Jika demam muncul, konsultasikan dengan master anak mengenai apakah obat penurun panas diperlukan. Pada kasus yang ringan, mungkin lebih baik membiarkan demamnya lenyap tanpa intervensi.
Waspadai tanda-tanda dehidrasi pada anak-anak, terutama jika Bunda mencurigai adanya Shigella, lantaran jangkitan tersebut dapat berjalan lebih lama.
Mencegah norovirus dan jangkitan Shigella
Studi dalam jurnal Pediatrics menemukan bahwa antara tahun 2009 dan 2019, terdapat 4.633 pandemi norovirus dan Shigella di Amerika Serikat (meskipun banyak yang tidak dilaporkan, sehingga jumlah sebenarnya mungkin lebih tinggi).
Norovirus menyumbang sekitar 51 persen dari wabah, sementara Shigella menyebabkan sekitar 16 persen.
"Pencegahan dan pengendalian pandemi di tempat-tempat ini kudu difokuskan pada rutinitas cuci tangan, pembersihan, dan disinfeksi dengan produk yang efektif, serta izin libur terhadap anak-anak dan staf yang sakit," tulis penulis studi tersebut.
Di rumah, jangan lupa untuk secara teratur membersihkan permukaan perabot dan perlengkapan bilik mandi, mencuci cucian dan seprai yang kotor dengan air panas, dan rutin mencuci tangan untuk mencegah jangkitan menyebar di antara personil keluarga.
Demikian ulasan tentang perbedaan norovirus dan jangkitan Shigella pada anak. Jangan tunda untuk konsultasi ke master jika mengalami indikasi serupa ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)