Posisi Menyusui Yang Tepat Untuk Bunda Dengan Hiperlaktasi

Dec 06, 2024 08:00 AM - 1 bulan yang lalu 62210

Jakarta -

Sindrom hiperlaktasi alias kelebihan pasokan ASI bisa menjadi masalah tersendiri bagi ibu menyusui. Ketahui posisi menyusui yang tepat untuk Bunda dengan hiperlaktasi agar lebih nyaman berbareng Si Kecil ya, Bun.

Permasalahan produksi ASI memang jadi masalah klasik para pejuang ASI. Ada yang merasa produksinya minim, tetapi ada juga yang sebaiknya ialah berlebihan. Baik minim ataupun berlebihan kenyataannya memang jadi persoalan yang membikin ibu menyusui stres. Apalagi, ketika pasokan ASI yang berlebihan tersebut membikin bayi justru rewel.

Mengenal hiperlaktasi

Sindrom hiperlaktasi juga dikenal sebagai kondisi kelebihan pasokan ASI. Hal ini terjadi ketika orang yang menyusui menghasilkan lebih banyak ASI daripada yang dibutuhkan bayinya. Jika Bunda mempunyai produksi ASI yang berlebihan, kondisi tersebut dapat memengaruhi Bunda dan Si Kecil dengan langkah yang berbeda. 

Biasanya, master alias konsultan laktasi bakal memberikan langkah untuk mengurangi produksi ASI secara aman. Sehingga, proses menyusui yang dilakukan menjadi pengalaman yang lebih nyaman baik bagi Bunda dan Si Kecil, seperti dikutip dari laman Cleveland Clinic.

Bagaimana tubuh mulai memproduksi ASI?

Laktasi sedianya dimulai selama kehamilan, ialah saat tubuh Bunda mulai memproduksi ASI. Setelah bayi lahir, produksi ASI Bunda meningkat. Saat bayi Bunda mulai makan secara teratur, tubuh biasanya menyesuaikan jumlah ASI yang Bunda produksi agar sesuai dengan kebutuhan bayi.

Sulit sebenarnya untuk mengetahui seberapa banyak orang yang mengalami kelebihan ASI, tetapi kondisi ini tidaklah asing ya, Bunda. Biasanya, kondisi ini terjadi saat agenda menyusui alias memompa ASI tidak sesuai dengan kebutuhan bayi Bunda.

Apa saja indikasi dan penyebab hiperlaktasi?

Jika produksi ASI Bunda terlalu banyak, Bunda mungkin merasakan gejala-gejala tertentu pada tetek Bunda. Selain itu, Bunda mungkin mengalami beberapa indikasi berikut ini:

1. Payudara bengkak.
2. Nyeri tetek (mastalgia).
3. Payudara yang tidak kosong sepenuhnya selama menyusui alias tidak terasa penuh lagi segera setelahnya.
4. Saluran susu tersumbat.
5. Air susu sering bocor dari payudara.
6. Puting pecah-pecah.
7. Puting berlendir.
8. Alami vasospasme.

Jika Bunda mengalami hiperlaktasi, bayi mungkin tidak mau menyusu alias mungkin menarik diri dari puting Bunda saat menyusu. Bunda juga mungkin memperhatikan saat bayi menyusu bahwa mereka melakukan beberapa perihal berikut:

1. Melengkungkan punggung alias menegangkan tubuhnya saat menyusu.
2. Batuk, tersedak, alias menelan ludah saat menyusu.
3. Menangis alias resah saat menyusu.
4. Berat badan bertambah terlalu banyak alias tidak cukup.
5. Menghasilkan feses yang berlebihan termasuk feses berwarna hijau alias berbusa alias mengandung darah di fesesnya serta sering muntah.

Penyebab dari hiperlaktasi sendiri sangatlah beragam ya, Bunda. Terkadang, memang tidak ada penyebab unik dari hiperlaktasi. Tubuh dalam perihal ini mungkin hanya memproduksi ASI dalam jumlah banyak, terutama pada awalnya.

Kondisi ini biasanya membaik jika Bunda hanya menyusui alias memompa ASI untuk memenuhi kebutuhan bayi Bunda. Memompa ASI lebih banyak dari yang dibutuhkan bayi Bunda dapat menyebabkan kelebihan pasokan ASI.

Selain itu, beberapa orang tua yang menyusui secara alami memproduksi lebih banyak ASI lantaran aspek genetik. Bunda mungkin juga berisiko lebih tinggi mengalami sindrom hiperlaktasi jika Bunda mengalami hiperprolaktinemia. Di luar itu, mengonsumsi suplemen herbal tertentu juga dapat memengaruhi produksi ASI Bunda secara berlebihan.

Posisi menyusui tepat untuk Bunda dengan hiperlaktasi

Ketika Bunda mengalami hiperlaktasi, biasanya master alias konsultan laktasi bakal menganjurkan Bunda mengikuti permintaan bayi untuk menyusu daripada menyusui sesuai agenda yang ditetapkan. 

Hal tersebut dapat membantu produksi ASI Bunda menyesuaikan dengan kebutuhan bayi. Selain itu, menggunakan posisi side lying alias laid back saat menyusui dapat membantu memperlambat laju aliran ASI sehingga bayi dapat mengatasi refleks pengeluaran ASI yang berlebihan dengan lebih baik.

Untuk mengatasi produksi ASI yang berlebihan dan dapat berkurang perlahan, Bunda dapat berbincang dengan konsultan laktasi ya, Bunda. Terkadang, menyusui secara bergantian dapat membantu. Bunda dapat menyusui bayi secara bergantian dalam waktu tertentu (sering kali tiga jam) sepanjang hari dan malam. Tanyakan kepada konsultan laktasi perihal lamanya waktu yang kudu Bunda gunakan untuk setiap jarak tersebut.

Seiring waktu, terkadang paling sigap 36 jam, menyusui bayi dari tetek yang sama selama dua kali alias lebih menyusui membantu mengurangi rangsangan keseluruhan pada payudara. Rangsangan yang berkurang membantu mengurangi volume ASI di setiap payudara.

Bunda juga dapat secara berjenjang mengurangi volume pemompaan selama beberapa hari alias minggu. Meski demikian, menghentikan pemompaan secara tiba-tiba dapat menyebabkan saluran ASI tersumbat alias mastitis, jadi konsultasikan dengan master ataupun konsultan laktasi untuk mengurangi gelombang alias jumlah pemompaan secara bertahap.

Semoga informasinya membantu ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!


Saksikan juga video berikut:

(pri/pri)

Selengkapnya