KincaiMedia,JAKARTA -- Ada umat Islam Indonesia yang bakal mulai melaksanakan puasa Ramadhan mulai Sabtu, 1 Maret 2025. Sebagian umat Islam lainnya menunggu hasil Sidang Isbat Ramadhan, apakah Ramadhan bakal dimulai pada 1 Maret alias 2 Maret 2025.
Ulama terkemuka yang kitabnya jadi rujukan banyak ustadz ialah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali yang dikenal sebagai Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin mengungkapkan tiga tingkatan alias level orang berpuasa.
Dalam kitab Ihya Ulumuddin, dijelaskan bahwa terdapat tiga tingkatan puasa. Yaitu puasa orang yang awam, puasa orang yang khusus, dan puasa orang yang spesial.
Tingkat alias level pertama, puasa orang yang awam (shaumul awam). Yaitu puasanya orang-orang pada umumnya. Yaitu, dengan menahan diri dari makan, minum, dan mencegah kemaluan dari bersenggama sejak memasuki waktu Subuh hingga Maghrib. Inilah tingkatan puasa dengan nilai yang terendah.
Tingkat alias level kedua, puasa orang yang unik (shaumul khawas). Yaitu puasa yang tidak hanya sekadar menahan diri dari memenuhi kemauan perut serta berasosiasi suami istri di siang hari. Akan tetapi juga menjaga pendengaran, penglihatan, lidah, tangan, kaki dan semua personil tubuh lainnya dari segala perbuatan dosa maupun maksiat.
Tingkat alias level ketiga, puasa orang yang spesial alias sangat unik (khawashul khawas). Yaitu puasa yang tertinggi nilai maupun tingkatannya. Orang pada tingkatan ini sudah bisa mengendalikan qalbu dari dorongan nafsu dan pikiran duniawi. Qalbu serta pikirannya hanya tertuju kepada Allah 'Azza wa Jalla. Sedangkan pandangannya kepada bumi tidak lebih hanya sekadar tempat untuk beramal shalih, sebagai bekal dan persiapan bagi kehidupan di negeri alambaka yang lebih kekal.
Imam Al Ghazali juga menjelaskan enam ibadah yang disunahkan saat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.
Amalan yang disunahkan pada saat berpuasa di bulan Ramadhan ada enam. Yaitu mengakhirkan waktu sahur, menyegerakan waktu berbuka dengan kurma alias air sebelum mendirikan sholat Maghrib, dan tidak menggosok gigi sesudah zawwal (matahari tergelincir).
Kemudian, memperbanyak sedekah, memperbanyak membaca alias mengkaji (tadabbur) Alquran, dan beritikaf di masjid, terutama pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.
Itikaf pada sepuluh malam yang akhir ini menjadi kebiasaan Nabi Muhammad SAW. Jika sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan tiba, Rasulullah SAW selalu lebih giat beragama kepada Allah SWT di masjid.
Nabi Muhammad SAW juga memerintahkan kepada para istri beliau melakukan perihal serupa di dalam rumah. Sebab, pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan itu ada suatu malam yang sangat dimuliakan oleh Allah SWT, ialah malam Lailatul Qadar, malam yang lebih mulia dari seribu bulan.
Itikaf mempunyai ketentuan-ketentuan yang khusus. Pada saat sedang beri'tikaf, Rasulullah SAW biasanya tidak bakal beranjak dari posisi itikaf beliau selain ada keperluan-keperluan yang sangat mendesak, seperti buang air besar alias air kecil, memperbarui wudhu, dan yang sejenis lainnya. Wallahu a'lam.
Mengenai perintah melaksanakan puasa Ramadhan, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Yā ayyuhal-lażīna āmanū kutiba ‘alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba ‘alal-lażīna min qablikum la‘allakum tattaqūn(a).
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas Anda berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum Anda agar Anda bertakwa. (QS Al-Baqarah Ayat 183)