Review Buku Il Principe (sang Pangeran) Karya Niccolo Machiavelli

Feb 28, 2025 02:45 PM - 1 bulan yang lalu 70922

Il Principe (Sang Pangeran) adalah risalah politik yang ditulis oleh Niccolò Machiavelli pada abad ke-16. Berbeda dari karya-karya sejenis, kitab ini menyajikan pedoman realistis bagi para pemimpin baru dengan pendekatan yang mengejutkan—Machiavelli menegaskan bahwa tindakan tidak beradab dapat dibenarkan jika berujung pada kejayaan politik.

Il Principe (Sang Pangeran)

Berdasarkan surat-surat Machiavelli, jenis awal kitab ini ditulis sekitar tahun 1513 dengan titel Latin De Principatibus (Tentang Kerajaan). Namun, kitab ini baru diterbitkan secara resmi pada tahun 1532, lima tahun setelah kematian sang penulis, dengan izin dari Paus Medici Clement VII. Sejak pertama kali beredar dalam corak manuskrip, Sang Pangeran langsung menjadi bahan perdebatan panas.

Buku ini kerap disebut sebagai salah satu tonggak awal makulat politik modern, lantaran lebih menitikberatkan pada efektivitas praktis daripada idealisme abstrak. Pemikiran Machiavelli bertentangan dengan doktrin Katolik dan skolastik yang dominan pada masa itu, terutama dalam kaitannya dengan etika dan politik.

Bagi Anda yang penasaran dengan karya fenomenal ini, sekarang Sang Pangeran telah tersedia dalam jenis terbaru berkata Indonesia, diterbitkan oleh Cakrawala Sketsa Mandiri pada 23 Agustus 2024 dengan ketebalan 240 halaman. Sebelum kita menyelami isi kitab ini lebih dalam, yuk kenalan dulu dengan sang penulis, Niccolò Machiavelli!

Profil Niccolo Machiavelli – Penulis Buku Il Principe (Sang Pangeran)

Niccolò di Bernardo dei Machiavelli (3 Mei 1469 – 21 Juni 1527) adalah seorang diplomat, penulis, filsuf, dan sejarawan asal Firenze yang hidup pada masa Renaisans Italia. Ia dikenal luas berkah karyanya yang kontroversial, Sang Pangeran (Il Principe), yang ditulis sekitar tahun 1513 tetapi baru diterbitkan pada 1532, lima tahun setelah dia meninggal dunia. Machiavelli sering disebut sebagai bapak makulat politik dan pengetahuan politik modern lantaran pemikirannya yang revolusioner.

Selama bertahun-tahun, dia menjabat sebagai pejabat senior di Republik Firenze dengan tanggung jawab dalam bagian diplomasi dan militer. Selain menulis karya politik, dia juga menciptakan komedi, lagu-lagu karnaval, serta puisi. Korespondensinya menjadi sumber krusial bagi para sejarawan dalam memahami dinamika politik Italia saat itu. Dari tahun 1498 hingga 1512, dia bekerja sebagai sekretaris di instansi kanselir kedua Republik Firenze, tepat sebelum family Medici kembali berkuasa dan menggulingkan pemerintahan republik.

Il Principe (Sang Pangeran)

Setelah wafatnya, nama Machiavelli kerap dikaitkan dengan praktik politik yang tidak bermoral, sesuai dengan strategi yang dia paparkan dalam Sang Pangeran. Berdasarkan pengalamannya dan telaah sejarah, dia menyimpulkan bahwa bumi politik sarat dengan tipu muslihat, pengkhianatan, serta kejahatan. Ia beranggapan bahwa seorang pemimpin kudu siap melakukan tindakan keras, termasuk kejahatan, demi stabilitas dan keberlangsungan kekuasaan. Bahkan, dia menegaskan bahwa seorang reformis negara yang sukses tidak boleh ragu untuk menyingkirkan lawan-lawannya jika perihal tersebut menjadi halangan bagi perubahan.

Sejak diterbitkan, Sang Pangeran terus memicu perdebatan. Sebagian orang melihatnya sebagai gambaran realistis tentang politik, sementara yang lain menganggapnya sebagai pedoman bagi calon tiran dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan. Hingga kini, pemikirannya tetap menuai kontroversi, dengan beberapa cerdas pandai seperti Leo Strauss yang tetap berpegang pada pandangan bahwa Machiavelli adalah “guru kejahatan.”

Sinopsis Buku Il Principe (Sang Pangeran)

Il Principe (Sang Pangeran)

Sudah menjadi perihal yang lumrah bagi mereka yang mau merebut perhatian dan memenangkan hati seorang pangeran untuk mempersembahkan hadiah-hadiah terbaik yang mereka miliki. Biasanya, bingkisan tersebut berupa benda-benda berbobot yang sesuai dengan kebesaran sang pangeran—seperti kuda-kuda pilihan, persenjataan megah, baju perang berdandan emas, permata, serta ornamen bagus lainnya yang mencerminkan kemuliaannya.

Namun, dalam upaya saya untuk menunjukkan pengabdian dan kesetiaan yang paling tulus kepada Yang Mulia, saya tidak menemukan kekayaan barang apa pun yang sebanding dengan sesuatu yang paling saya junjung tinggi—yakni, pengetahuan yang saya peroleh dari pengalaman panjang dan studi mendalam mengenai tokoh-tokoh besar serta peristiwa-peristiwa bersejarah.

Dengan kerja keras dan ketekunan, saya telah menelaah tindakan-tindakan para pemimpin besar di masa lalu. Kini, saya mempersembahkan hasil pemikiran tersebut kepada Yang Mulia dalam corak sebuah risalah singkat. Meskipun saya sadar bahwa karya ini mungkin tampak sederhana dan tidak seberapa dibandingkan dengan hadiah-hadiah mewah lainnya, saya percaya kemurahan hati Yang Mulia bakal menerimanya dengan bijaksana. Sebab, tidak ada bingkisan yang lebih berbobot dari pengetahuan yang memungkinkan seorang pemimpin memahami dalam waktu singkat apa yang saya pelajari dengan penuh perjuangan selama bertahun-tahun, apalagi dengan akibat menghadapi bahaya.

Saya tidak beriktikad memuji karya ini dengan kata-kata berbunga-bunga seperti yang dilakukan banyak penulis lainnya. Saya juga tidak mengharapkan penghargaan apa pun, selain jika ide-ide yang terkandung di dalamnya memang layak mendapatkan pengakuan. Biarlah nilai sejati dari tulisan ini berbincang dengan sendirinya.

Kelebihan dan Kekurangan Buku Il Principe (Sang Pangeran)

Il Principe (Sang Pangeran)

Pros & Cons

Pros

  • Terobosan baru dan kitab berwawasan pada masanya.
  • Peletak dasar Realpolitik.
  • Gaya penulisan yang menarik.
  • Digambarkan secara nyata dan praktis.
  • Penuh dengan kutipan-kutipan kuat yang berkesan.
  • Bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
  • Bahasa yang lugas dan jelas.

Cons

  • Kurang relevan dengan kehidupan modern.
  • Terdapat pernyataan yang mendukung konsep patriaki. 

Kelebihan Buku Il Principe (Sang Pangeran)

Il Principe (Sang Pangeran)

Sebagai salah satu karya politik paling berpengaruh sepanjang sejarah, Il Principe (Sang Pangeran) karya Niccolò Machiavelli menghadirkan terobosan baru yang luar biasa untuk masanya. Banyak gagasannya sekarang telah menjadi bagian dari pemikiran politik modern, tetapi pada saat pertama kali diperkenalkan, ide-ide ini begitu revolusioner dan apalagi dianggap kontroversial.

Machiavelli tidak hanya membahas gimana kekuasaan semestinya dijalankan, tetapi juga menggambarkan realitas politik yang terjadi di bumi nyata. Ia dengan tajam membedakan antara apa yang dikatakan penguasa dan apa yang sebenarnya mereka lakukan, menyoroti gimana efektivitas pemerintahan sering kali berjuntai pada pemahaman yang pragmatis terhadap kekuasaan.

Sebagai peletak dasar Realpolitik, Machiavelli mengungkapkan bahwa politik bukanlah sekadar soal idealisme alias moralitas, melainkan seni memperkuat dan mempertahankan kekuasaan. Ia tidak menciptakan konsep amoralitas politik, tetapi mengakuinya sebagai bagian yang tak terhindarkan dalam pemerintahan yang efektif. Hal inilah yang menjadikan Sang Pangeran tetap relevan hingga saat ini, terutama bagi mereka yang mau memahami gimana kekuasaan betul-betul beraksi di kembali layar.

Tidak hanya menawarkan wawasan politik yang mendalam saja, kitab ini juga disajikan dengan style penulisan yang menarik. Machiavelli menggunakan banyak kisah sejarah sebagai contoh nyata, sehingga pembaca tidak hanya mendapatkan teori saja, tetapi juga ilustrasi konkret tentang gimana strategi politik diterapkan di beragam peradaban. Deskripsi peristiwa-peristiwa bersejarahnya begitu berwarna dan hidup, membikin kitab ini tetap menarik meskipun membahas tema yang berat.

Selain itu, Il Principe (Sang Pangeran) dipenuhi dengan kutipan-kutipan tajam dan berkesan yang hingga sekarang tetap sering dikutip dalam obrolan politik, kepemimpinan, dan strategi pemerintahan. Setiap pemikirannya mencerminkan pengamatan mendalam tentang sifat manusia, kekuasaan, dan gimana keduanya saling berangkaian dalam bumi politik. Kelebihan lainnya terletak pada langkah penyampaian Machiavelli yang lugas dan tanpa basa-basi. Ia tidak terjebak dalam retorika yang bertele-tele, melainkan menyampaikan pemikirannya secara langsung dan jelas, sehingga membikin isi kitab ini mudah untuk dimengerti oleh beragam kalangan.

Kekurangan Buku Il Principe (Sang Pangeran)

Il Principe (Sang Pangeran)

Meskipun Il Principe (Sang Pangeran) merupakan karya politik yang revolusioner pada masanya, tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa gagasannya sekarang terasa kurang relevan dengan realitas modern. Ditulis pada abad ke-16, beberapa konsep yang diusung Machiavelli sangat erat kaitannya dengan kondisi politik dan sosial zamannya, yang berbeda jauh dari sistem pemerintahan dan norma-norma masyarakat saat ini. Bagi sebagian pembaca, pendekatan yang terlalu menekankan pada pragmatisme tanpa mempertimbangkan aspek moralitas dapat terasa usang dan kurang sesuai dengan dinamika kepemimpinan kontemporer yang lebih demokratis dan transparan pada era sekarang ini.

Selain itu, Sang Pangeran juga memuat pernyataan-pernyataan yang dianggap mendukung konsep patriarki, seperti perumpamaan bahwa keberuntungan adalah seorang wanita yang kudu dikendalikan dengan kekerasan. Pandangan semacam ini dapat dianggap problematis dalam konteks kesetaraan kelamin di era modern, di mana kepemimpinan dan kekuasaan tidak lagi hanya didominasi oleh perspektif maskulin yang agresif, tetapi juga mengakomodasi nilai-nilai inklusivitas dan keadilan sosial.

Pesan Moral Buku Il Principe (Sang Pangeran)

Machiavelli menegaskan bahwa sifat dasar manusia tidak berubah—keinginan, ambisi, dan kepentingan pribadi selalu menjadi penggerak utama dalam kehidupan sosial dan politik. Dari sejarah, dia belajar bahwa manusia bakal selalu berupaya memperoleh kekuasaan dan kemakmuran, sering kali dengan langkah apa pun yang diperlukan. Namun, dalam prosesnya, bentrok menjadi tak terhindarkan lantaran setiap perseorangan dan golongan mengejar kepentingan mereka sendiri. Inilah paradoks kehidupan sosial: manusia berasosiasi demi kebutuhan, tetapi perpecahan selalu mengintai lantaran dorongan ego dan kepentingan pribadi.

Dari perspektif pandang ini, Sang Pangeran bukan sekadar kitab tentang strategi politik, tetapi juga gambaran realitas kehidupan. Ia menantang pembaca untuk memahami bahwa di kembali idealisme dan moralitas, bumi dipenuhi dengan pertarungan kepentingan. Pesan moral dari kitab ini sangat jelas sekali, memahami sifat manusia adalah kunci bagi siapa pun yang mau bertahan, baik dalam politik, kepemimpinan, maupun kehidupan sehari-hari.

Nah Grameds, itu dia sinopsis dan ulasan dari kitab Il Principe (Sang Pangeran) karya Niccolo Machiavelli. Jangan lupa, Anda bisa menemukan beragam kitab mengenai serta koleksi best seller lainnya di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap menghadirkan info dan produk terbaik untukmu! Yuk, sama-sama kita #TumbuhBersama dengan Gramedia.

Penulis: Gabriela Estefania

Rekomendasi Buku

Politik

Politik

Bagaimana relasi terbaik antara perseorangan dan negara? Seperti apakah negara yang ideal dan gimana dia dapat mewujudkan kehidupan yang paling diinginkan warganya? Pendidikan seperti apa yang kudu disediakan? Ini adalah beberapa pertanyaan yang berupaya dijawab oleh Aristoteles dalam Politik, salah satu karya yang paling menggairahkan secara intelektual.

Dalam kitab ini, Aristoteles mengkritik dengan tegas pemikiran politik Plato yang terlampau utopis dalam Republik. Berbeda dengan Plato, idealismenya dikonstruksi bukan dengan latar belakang yang murni alias puitik, melainkan dengan studi yang jeli dan simpatik atas fakta-fakta yang luas.

Good Political Party Governance

Good Political Party Governance

Buku dengan titel “Good Political Party Governance” ini merupakan temuan teori (theoretical findings) dari disertasi penulis, yang menggabungkan kegunaan representasi politik dari Bartolini & Mair (2001) serta Szymanek (2015), dan kegunaan rekrutmen dari Pippa Norris (2006), dengan kegunaan partai politik yang berangkaian dengan tiga parameter good governance dari Ishiyama (2015), meliputi pemerintahan yang efektif, pengendalian korupsi, dan stabilitas politik.

Memakmurkan Otonomi : Kumpulan Pemikiran Djohermansyah Djohan

 Kumpulan Pemikiran Djohermansyah Djohan

Buku Memakmurkan Otonomi merupakan kumpulan opini dan pemikiran Profesor Djo mengenai otonomi daerah yang tersebar di media massa, cetak maupun elektronik, hingga di jenis forum ketika menjadi narasumber, tim ahli, saksi, dan juri di beragam institusi.

Ada tiga perkara krusial yang disorotinya, ialah pertama, berkah dibukanya ruang otonomi setelah Reformasi. Kedua, timbulnya belakangan ini resentralisasi yang melemahkan otonomi. Ketiga, perlunya membangkitkan kembali spirit otonomi melalui perbaikan regulasi. Harapannya, ke depan tata kelola pemda kita kian efektif dan hubungan pusat-daerah tidak lagi seperti main layang-layang, tarik-ulur, tarik-ulur, tapi betul-betul untuk membikin otonomi makmur.

Sumber:

  • https://en.wikipedia.org/wiki/The_Prince
  • https://en.wikipedia.org/wiki/Niccol%C3%B2_Machiavelli
  • https://www.goodreads.com/book/show/28862.The_Prince
Selengkapnya