Kecerdasan emosional – Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ adalah kitab yang ditulis oleh Daniel Goleman dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1995. Dalam kitab ini, Goleman mengungkapkan bahwa kepintaran emosional mempunyai peran yang sama pentingnya dengan IQ dalam mencapai kesuksesan.
Kecerdasan emosional tidak hanya berpengaruh pada aspek akademis, tetapi juga dalam kehidupan profesional, sosial, dan interpersonal seseorang. Ia juga menekankan bahwa kepintaran emosional bukanlah talenta bawaan, melainkan keahlian yang dapat dipelajari dan dikembangkan. Oleh lantaran itu, Goleman mengusulkan metode untuk memasukkan training kepintaran emosional ke dalam kurikulum pendidikan.
Buku ini meraih kesuksesan besar sejak diterbitkan, terbukti dengan keberadaannya dalam daftar Buku Terlaris The New York Times selama satu separuh tahun. Tak hanya itu, Emotional Intelligence juga menjadi kitab terlaris di beragam negara dan telah diterjemahkan ke dalam 40 bahasa di seluruh dunia. Popularitasnya menunjukkan sungguh pentingnya konsep kepintaran emosional bagi banyak orang, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
Di Indonesia, kitab ini diterjemahkan dengan titel Kecerdasan Emosional: Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 20 November 2009.

Sebelum membaca ulasan kitab ini, kita kenalan terlebih dulu yuk dengan Daniel Goleman, penulis dari kitab ini Grameds!
Profil Daniel Goleman – Penulis Buku Kecerdasan Emosional
Daniel Goleman, yang lahir pada 7 Maret 1946, adalah seorang psikolog, penulis, dan wartawan sains asal Amerika. Selama dua belas tahun, dia bekerja di The New York Times, melaporkan beragam penelitian tentang pengetahuan otak dan perilaku manusia. Karya populernya, Emotional Intelligence (1995), menjadi kitab terlaris di beragam negara dan memperkuat dalam daftar Buku Terlaris The New York Times selama satu separuh tahun.
Selain menulis tentang kepintaran emosional, Goleman juga membahas beragam topik lain dalam bukunya, seperti penipuan diri, kreativitas, transparansi, meditasi, pembelajaran sosial dan emosional, ekoliterasi, serta krisis lingkungan. Ia juga menyoroti visi Dalai Lama mengenai masa depan.
Sebagai wartawan sains di The New York Times hingga tahun 1996, Goleman secara mendalam meneliti dan melaporkan tentang psikologi, emosi, dan kegunaan otak manusia. Atas karyanya di surat berita tersebut, dia dua kali masuk nominasi Penghargaan Pulitzer. Selama pekerjaan jurnalistiknya, dia menulis Emotional Intelligence, kitab yang mendapat perhatian luas dan menjadi best-seller internasional.
Goleman dikenal sebagai tokoh yang memperkenalkan konsep kepintaran emosional, yang mencakup kesadaran diri, keahlian mengelola emosi, empati, dan keahlian sosial—yakni gimana seseorang memahami dan mengendalikan emosinya serta berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Buku Emotional Intelligence telah diterjemahkan ke dalam 40 bahasa dan mendapatkan pengakuan sebagai salah satu dari 25 kitab paling berpengaruh dalam bagian manajemen upaya menurut majalah TIME.
Sinopsis Buku Kecerdasan Emosional
Apakah IQ menentukan takdir seseorang? Ternyata, tidak selalu seperti yang banyak orang kira. Howard Gardner menunjukkan bahwa perseorangan dengan IQ tinggi bisa saja mengalami kegagalan, sementara mereka dengan IQ rata-rata justru bisa meraih kesuksesan. Faktor penentunya adalah kepintaran emosional, yang mencakup kesadaran diri, keahlian mengendalikan dorongan hati, ketekunan, motivasi, empati, serta keahlian sosial.
Kecerdasan emosional menjadi karakter unik perseorangan yang unggul dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam membangun hubungan yang erat maupun dalam bumi kerja. Selain itu, kepintaran emosional juga berangkaian erat dengan karakter yang kuat, disiplin diri, sikap altruistik, dan rasa belas kasih—kemampuan-kemampuan yang sangat dibutuhkan dalam menciptakan masyarakat yang selaras dan sejahtera.
Menurut Daniel Goleman, kurangnya kepintaran emosional dapat berakibat negatif, mulai dari persoalan dalam rumah tangga dan pola asuh anak hingga gangguan kesehatan fisik. Rendahnya kepintaran emosional juga bisa menghalang pengambilan keputusan intelektual dan menghancurkan karier. Dampak terbesar justru dialami oleh anak-anak, yang berisiko mengalami depresi, gangguan makan, kehamilan yang tidak direncanakan, perilaku agresif, apalagi terlibat dalam kejahatan dengan kekerasan.
Namun, berita baiknya adalah kepintaran emosional bukanlah sesuatu yang tetap sejak lahir. Karena pengalaman emosional membentuk sirkuit otak anak sejak dini, Goleman memberikan pedoman terperinci bagi orang tua dan sekolah untuk mengoptimalkan masa kanak-kanak sebagai waktu terbaik dalam mengembangkan kepintaran emosional.
Kelebihan dan Kekurangan Buku Kecerdasan Emosional
Pros & Cons
Pros
- Premis yang kekal dan relevan.
- Gaya penyampaian yang menarik dan emosional.
- Berbasis penelitian ilmiah yang kredibel.
- Berisi nasihat yang relevan.
- Meningkatkan kesadaran dan keahlian emosional.
- Menjawab kegelisahan dengan solusi nyata dan jelas.
- Sebagai pengingat krusial dalam kehidupan.
Cons
- Pesan yang disampaikan terkesan repetitif.
- Kurang solusi praktis.
Kelebihan Buku Kecerdasan Emosional
Buku Kecerdasan Emosional karya Daniel Goleman Tetap relevan meskipun telah berumur lebih dari tiga dekade. Premis yang diusung Goleman mengenai pentingnya kepintaran emosional dalam kehidupan terbukti sebagai konsep yang tak lekang oleh waktu. Goleman dengan jelas menggambarkan bahwa IQ bukan lagi satu-satunya aspek yang menentukan keberhasilan seseorang.
Sebaliknya, kepintaran emosional, yang meliputi kesadaran diri, kontrol emosi, empati, dan keahlian sosial, memegang peranan yang lebih besar dalam mencapai sukses dan kebahagiaan. Buku ini juga disampaikan dengan style yang menarik dan emosional dengan menggunakan afinitas yang bagus dan menggugah emosi pembaca sehingga membikin pembaca nyaman membaca kitab ini.
Selain itu, kitab ini didukung oleh penelitian ilmiah yang kredibel. Goleman menggabungkan beragam penelitian longitudinal dari para psikolog terkemuka di beragam universitas sehingga memberikan kekuatan ilmiah yang kokoh pada argumen yang disampaikan.
Tidak hanya berfokus pada teori saja, kitab ini juga berisi nasihat-nasihat praktis yang relevan dengan masalah emosional yang dihadapi banyak orang. Goleman memberikan solusi yang jelas untuk mengatasi kegelisahan-kegelisahan umum, seperti langkah menghindari emosi negatif yang berkepanjangan dan gimana langkah mengubah pandangan terhadap masalah untuk mencapainya.
Buku ini sangat berpengaruh dalam meningkatkan kesadaran tentang pentingnya keahlian emosional. Pembaca bakal diberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai gimana kepintaran emosional dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan sosial maupun bumi kerja.
Buku ini juga menawarkan solusi konkret dalam menghadapi emosi yang menantang, memberikan pedoman agar seseorang bisa lebih bijak dalam merespons beragam situasi. Misalnya, kitab ini menjelaskan langkah untuk tidak terjebak dalam emosi negatif yang berkepanjangan dengan langkah menyadari bahwa ada hal-hal yang dapat diubah dalam setiap situasi.
Buku Kecerdasan Emosional juga berfaedah sebagai pengingat yang sangat krusial dalam kehidupan. Di tengah rutinitas yang sering kali membikin seseorang terjebak dalam emosi yang tak terkendali, kitab ini mengingatkan bakal pentingnya memahami diri sendiri, mengelola emosi, serta berempati dengan orang lain.
Kekurangan Buku Kecerdasan Emosional
Buku ini memang menawarkan beragam kelebihan yang patut diapresiasi, tetapi bukan berfaedah kitab ini sepenuhnya bebas dari kekurangan. Salah satu perihal yang mungkin dirasakan oleh pembaca adalah pesan yang disampaikan terkesan berulang-ulang. Meskipun konten yang disajikan terkadang cukup menarik dan membuka wawasan, keseluruhan isi kitab ini condong terasa kurang praktis. Buku ini tampaknya lebih banyak memberikan teori-teori umum yang lebih susah untuk langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi pembaca yang berambisi mendapatkan pedoman alias tips yang konkret dan dapat langsung digunakan dalam mengelola emosi alias situasi tertentu, kitab ini mungkin tidak sepenuhnya memenuhi ekspektasi tersebut.
Alih-alih memberikan solusi yang jelas dan langkah-langkah praktis yang bisa diimplementasikan, kitab ini lebih konsentrasi pada menjelaskan konsep dan prinsip yang terkadang tidak cukup mendalam dalam memberikan petunjuk yang dapat dipraktikkan sehari-hari. Akibatnya, pembaca mungkin merasa bahwa meskipun kitab ini membuka perspektif baru, namun tidak memberikan banyak perihal yang bisa langsung diterapkan alias berfaedah dalam menghadapi tantangan konkret dalam kehidupan mereka.
Penutup
Kecerdasan emosional (EI) adalah keahlian yang sangat krusial dan memengaruhi IQ seseorang secara signifikan. EI tidak hanya membantu kita untuk lebih memahami diri sendiri, tetapi juga memberikan keahlian untuk memahami orang lain. Orang yang mempunyai EI yang baik condong lebih tenang dan bijak dalam menghadapi beragam persoalan hidup, lantaran mereka dapat mengelola emosi yang muncul dengan langkah yang positif.
Melalui EI, kita diajarkan untuk memandang situasi dari beragam perspektif pandang, mengendalikan emosi yang dapat mengganggu pemikiran jernih, dan berinteraksi dengan orang lain secara lebih empatik serta efektif. Keterampilan ini membikin EI sangat penting, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam bumi ahli dan sosial.
Grameds, itulah sedikit sinopsis dan ulasan mengenai kitab Kecerdasan Emosional karya Daniel Goleman. Jangan tunggu lagi, dapatkan kitab ini dan beragam kitab mengenai serta koleksi best seller lainnya di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap menghadirkan info dan produk terbaik untukmu! Ayo, bersama-sama kita #TumbuhBersama dengan Gramedia!
Penulis: Gabriela
Rekomendasi Buku
Social Intelligence: Ilmu Baru Tentang Hubungan Antar-Manusia
Penemuan paling mendasar di kitab ini adalah pada hakikatnya kita mempunyai sifat sosial untuk terus-menerus terlibat dalam suatu “tarian saraf” yang menghubungkan otak kita dengan otak orang-orang di sekitar kita. Goleman menjelaskan dasar dari karisma dan kekuatan emosi, kompleksitas daya tarik seksual, gimana kesan pertama rupanya mempunyai tingkat keakuratan yang mencengangkan, dan gimana kita bisa menduga seseorang mendusta alias tidak.
Apakah ada langkah untuk membesarkan anak-anak kita agar mereka bahagia? Apakah ada landasan bagi pernikahan yang positif? Bagaimana para pemimpin upaya dan pembimbing upaya bisa membangkitkan hal-hal terbaik dalam diri orang-orang yang mereka pimpin dan ajar? Bagaimana kelompok-kelompok manusia yang terpisahkan prasangka dan rasa tidak suka bisa hidup berbareng dengan damai?
The Art of Manifestation
“The Art of Manifestation – Menerapkan Seni Manifestasi untuk Mencapai Keberhasilan” mengungkap kekuatan luar biasa di kembali manifestasi, seni mewujudkan angan melalui kekuatan pikiran dan daya bawah sadar. Dengan langkah-langkah praktis seperti meditasi, visualisasi, dan afirmasi, pembaca diajak untuk menyingkirkan halangan mental dan menyelaraskan diri dengan alam semesta, membuka pintu menuju kesuksesan, cinta, dan kebahagiaan. Buku ini bukan sekadar teori, melainkan pedoman nyata untuk meraih kehidupan yang diimpikan, mengatasi ketakutan, dan mengubah visi menjadi kenyataan.
Berani Perbaiki Diri
Yang namanya hidup, pasti kita menginginkan yang jenis terbaik. Segalanya mudah, menyenangkan, dan nyaman untuk dijalani. Namun, yang namanya hidup pula, tidak selamanya melangkah mulus. Pasti ada kerikil-kerikil di tengah jalan. Lucunya, tanpa kita sadari, kita sendirilah yang terkadang mengganggu hidup kita sendiri. Kita yang berulah hingga membikin hidup kita berantakan. Bagaimana bisa?
Selayaknya blind spot, kita terlalu dekat dengan diri kita sendiri sehingga tidak bisa memandang dengan jelas apa saja yang telah kita perbuat dan akibat negatifnya terhadap hidup. Kita pun menjadi subjektif kepada diri sendiri, dan itu semua akhirnya berujung pada penyesalan.
Melalui kitab ini, penulis membujuk kita untuk refleksi diri, apakah kita termasuk orang yang senang menyabotase hidup sendiri alias tidak. Jika iya, maka kita kudu menghentikan semua tindakan diri negatif tersebut dengan menerapkan cara-cara yang telah penulis jabarkan dengan ringkas dan praktis.
Sumber:
- https://en.m.wikipedia.org/wiki/Emotional_Intelligence
- https://en.m.wikipedia.org/wiki/Daniel_Goleman
- https://www.goodreads.com/book/show/26329.Emotional_Intelligence