Review Novel Almond Karya Sohn Won-pyung

Jan 20, 2025 09:58 AM - 3 minggu yang lalu 28136

Almond karya Sohn Won-pyung membawa kita masuk ke dalam bumi gelap Yoon-jae, seorang remaja yang hidup dengan kondisi alexithymia. Ini adalah cerita tentang perjuangan memahami emosi, menemukan makna hidup, dan gimana cinta serta hubungan dengan orang lain bisa mengubah segalanya. Melalui kitab ini, kita diajak memaknai pentingnya empati dan menjadi manusia yang lebih peka terhadap sekitar.

Almond

Grameds, apakah Anda pernah membayangkan hidup tanpa emosi? Dunia terasa hampa, tanpa kebahagiaan maupun kesedihan. Novel ini bakal menjawab semua rasa penasaran Anda tentang bumi yang seperti itu.

Novel Almond pertama kali diterbitkan di Korea Selatan pada tahun 2017 dan dengan sigap menarik perhatian pembaca dan kritikus. Buku ini diterjemahkan ke beragam bahasa, termasuk Indonesia, dan sukses meraih beragam penghargaan. Dengan panjang sekitar 200 halaman, novel ini terbagi dalam empat bagian yang menggambarkan perjalanan Yoon-jae berinteraksi dengan beragam orang di sekitarnya, seperti Gon dan Dora. Setiap bagian memberikan pelajaran hidup yang mendalam, membikin kitab ini cocok untuk Anda yang mencari referensi dengan tema ilmu jiwa dan emosi.

Jika Anda mencari referensi yang menggetarkan hati, Almond adalah pilihan tepat. Novel ini bukan hanya sebuah cerita, melainkan pengalaman emosional yang mendalam. Dengan style bahasa yang ringan dan bentrok yang relatable, Anda bakal merasa dekat dengan setiap karakter. Buku ini bakal mengajarkan tentang pentingnya empati dan memahami orang-orang di sekitar kita.

Nah, sebelum kita lanjut membahas bukunya, mari berkenalan dulu dengan penulisnya.

Profil Shon Won-pyung, Penulis dan Sutradara Berbakat

Sohn Won-pyung adalah seorang penulis dan kreator movie yang telah menghasilkan karya-karya mengesankan di bumi sastra dan sinema. Lahir di Seoul pada tahun 1979, dia memulai debutnya sebagai novelis dengan memenangkan Penghargaan Changbi pada 2016 untuk novelnya yang fenomenal, Almond. Tahun berikutnya, dia kembali menorehkan prestasi melalui Counterattack of the Thirty yang meraih Penghargaan Sastra Perdamaian Jeju 4.3. Dalam tulisannya, Sohn kerap mengeksplorasi tema tentang makna keberadaan manusia dan perjalanan menuju kedewasaan, dengan karakter yang kuat dan alur cerita yang memikat.

Almond

Sebagai anak kedua dari Sohn Hak-kyu, seorang politisi ternama Korea Selatan, Sohn mempunyai latar belakang family yang kuat. Di bangku kuliah, dia mendalami sosiologi dan filsafat, dua bagian yang memberikan pengaruh besar pada langkah berpikirnya. Pemahaman tentang struktur sosial dari sosiologi serta konsep personalitas dari makulat membantunya membangun dasar yang kokoh untuk menciptakan cerita yang unik. Ia percaya bahwa pengalaman ini telah membentuk perspektifnya dalam menggambarkan kehidupan manusia melalui seni.

Sebelum sukses sebagai novelis, Sohn lebih dulu dikenal di bumi perfilman. Ia memenangkan penghargaan kritik movie pada tahun 2001 dan kemudian melanjutkan studi penyutradaraan di Korean Academy of Film Arts (KAFA). Dalam perjalanan kariernya sebagai sutradara, dia menyutradarai sejumlah movie pendek, termasuk Ooh, You Make Me Sick yang mendapat pujian dari kritikus. Kesuksesan di bumi movie ini menjadi modal krusial bagi Sohn dalam menciptakan karya sastra yang bergerak dan penuh visualisasi.

Perjalanan Sohn di bumi sastra tidaklah mudah. Ia pernah mencoba mengikuti beragam kejuaraan sastra dengan lebih dari 30 nama pena, tetapi gagal. Semangatnya tidak surut; setelah kelahiran anak pertamanya, dia mulai menulis di waktu luang, dan lahirlah Almond. Novel ini tidak hanya memenangkan penghargaan bergengsi, tetapi juga diterjemahkan ke dalam beragam bahasa dan diterbitkan di banyak negara. Dengan cepat, Almond menjadi salah satu karya literatur Korea yang menonjol, terutama lantaran menyajikan tema unik tentang empati melalui karakter Yoon-jae, seorang remaja dengan kondisi alexithymia.

Sohn Won-pyung dikenal lantaran kemampuannya menggambarkan isu-isu sosial yang relevan melalui karakter yang unik dan alur cerita yang bergerak cepat. Sebagai seorang penulis, dia memulai proses kreatifnya dengan menentukan tema utama, lampau mengembangkan karakter sesuai dengan tema tersebut. Melalui karyanya, Sohn menyampaikan pesan bahwa empati dan upaya memahami orang lain memerlukan upaya khusus. Ke depan, dia berencana untuk menulis sebuah novel epik yang menggambarkan sejarah empat generasi perempuan, menunjukkan dedikasinya pada eksplorasi tema-tema besar yanfg sarat makna.

Sinopsis Novel Almond Karya Sohn Won-pyung

Almond

Almond mengisahkan perjalanan hidup Yoon-jae, seorang remaja yang lahir dengan kondisi langka berjulukan alexithymia sehingga membuatnya susah merasakan dan mengekspresikan emosi. Kondisi ini disebabkan oleh ukuran amigdala di otaknya yang jauh lebih mini dari manusia pada umumnya.

Yoon-jae tumbuh dalam bumi yang penuh tantangan, di mana ketidakmampuannya memahami emosi seperti rasa takut, sedih, alias senang membuatnya tampak berbeda dari orang lain. Ibunya—sosok yang sangat peduli padanya—melatih dirinya untuk menghadapi bumi dengan mengajarkan cara-cara memahami situasi emosional.

Ketika Yoon-jae mulai belajar hidup sendiri, dia berjumpa dengan Goni, seorang anak laki-laki penuh kemarahan yang tidak bisa mengendalikan emosinya. Keduanya, meski bertolak belakang, menjalin persahabatan yang unik. Melalui hubungan mereka, Yoon-jae perlahan-lahan menemukan langkah untuk memahami emosi manusia dan makna dari kepedulian.

Dengan style penulisan yang penuh makna dan refleksi, novel ini menggambarkan pentingnya upaya untuk memahami emosi orang lain, meskipun itu tidak datang secara alami. Almond adalah kisah tentang empati, pertumbuhan, dan kekuatan hubungan manusia yang bisa mengubah kehidupan seseorang.

Kelebihan dan Kekurangan Novel Almond Karya Sohn Won-pyung

Almond

Pros & Cons

Pros

  • Pelajaran hidup yang mendalam
  • Menyentuh tema ilmu jiwa dengan detail
  • Bahasa ringan dan mudah dipahami
  • Konflik yang pas dan relatable
  • Latar tempat yang digambarkan dengan jelas

Cons

  • Beberapa segmen terasa mudah ditebak
  • Penggunaan kata tukar yang membingungkan

Kelebihan Novel Almond Karya Sohn Won-pyung

Almond

Salah satu kekuatan utama Almond adalah kemampuannya menyampaikan pelajaran hidup secara tersurat maupun tersirat. Novel ini mengajarkan pentingnya empati, sesuatu yang sering kali terlupakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan latar belakang psikologis yang kuat, penjelasan tentang alexithymia memberikan wawasan baru bagi pembaca.

Sudut pandang pertama yang digunakan penulis membikin kita dapat memahami apa yang dirasakan oleh Yoon-jae sehingga pengalaman membaca terasa lebih personal. Ditambah lagi, bahasa yang ringan dan bentrok yang relatable menjadikan kitab ini kombinasi sempurna untuk pembaca muda maupun dewasa.

Almond mengajarkan pembaca tentang makna empati dan pentingnya memahami emosi orang lain, terutama mereka yang mempunyai keterbatasan dalam mengekspresikan emosi. Melalui karakter Yoon-jae, novel ini memperlihatkan gimana perjuangan seseorang yang dianggap “berbeda” untuk hidup di tengah masyarakat yang seringkali tidak memahami kondisi tersebut. Pelajaran ini mengingatkan kita untuk lebih berterima kasih atas keahlian kita dalam merasakan emosi dan lebih peduli terhadap orang-orang di sekitar.

Sohn Won-pyung sukses memperkenalkan pembaca pada kondisi medis Alexithymia, ialah ketidakmampuan untuk mengenali dan mengekspresikan emosi. Penjelasan latar belakang psikologis yang sederhana dan informatif membikin kitab ini juga menjadi referensi yang penuh wawasan.

Keindahan bahasa yang digunakan dalam Almond adalah salah satu keunggulannya. Sohn Won-pyung menulis dengan style yang ringan, tetapi penuh makna. Alhasil, kitab ini mudah dipahami oleh pembaca dari beragam usia. Konflik yang disajikan juga tidak berlebihan, tetapi cukup untuk membikin emosi pembaca teraduk. Hal ini menciptakan keseimbangan antara narasi yang menghibur dan pesan mendalam yang mau disampaikan.

Setiap karakter dalam Almond mempunyai karakter tersendiri dan bisa memberikan kesan mendalam bagi pembaca. Yoon-jae sebagai tokoh utama digambarkan dengan manusiawi sehingga pembaca dapat merasakan perjuangannya untuk memahami bumi emosional. Karakter Gon dan Dora, sebagai teman-teman Yoon-jae, juga memberikan warna tersendiri dalam cerita, memperkaya dinamika hubungan antarmanusia yang diangkat dalam novel ini.

Deskripsi latar Korea Selatan dalam Almond terasa hidup dan nyata. Sohn Won-pyung bisa menggambarkan suasana lingkungan, budaya, dan kehidupan sehari-hari di Korea Selatan dengan perincian yang memikat. Hal ini membikin pembaca bisa dengan mudah membayangkan adegan-adegan dalam novel, menjadikan pengalaman membaca lebih imersif. Selain memberikan konteks cerita yang kuat, latar ini juga memberikan pembaca wawasan tambahan tentang kehidupan di Korea Selatan.

Kekurangan Novel Almond Karya Sohn Won-pyung

Almond

Pesan Moral dalam Novel Almond Karya Sohn Won-pyung

Almond

Almond mengajarkan kita bahwa setiap orang pasti mempunyai perjuangannya masing-masing. Meskipun seseorang terlihat berbeda alias susah mengekspresikan emosi, mereka tetaplah manusia yang layak mendapatkan cinta dan empati. Melalui karakter Yoon-jae, kita belajar bahwa hubungan dengan orang lain mempunyai kekuatan untuk mengubah hidup. Novel ini juga mengingatkan kita untuk berterima kasih atas keahlian sederhana seperti merasakan emosi, yang sering kita anggap remeh.

Salah satu pesan moral yang menonjol dari Almond adalah pentingnya empati. Melalui kisah Yoon-jae, pembaca diajak untuk memahami gimana rasanya hidup tanpa keahlian merasakan dan mengekspresikan emosi. Novel ini mengingatkan kita bahwa setiap orang, terlepas dari keterbatasan yang dimiliki, tetaplah manusia yang layak mendapatkan cinta, perhatian, dan pengertian. Pesan ini mengajarkan bahwa empati adalah fondasi krusial dalam hubungan antarmanusia.

Almond juga menyoroti sungguh besar peran cinta dan support dari orang-orang terdekat dalam membantu seseorang menghadapi tantangan hidup. Ibu Yoon-jae dan neneknya memberikan cinta tanpa syarat yang menjadi dasar kekuatan Yoon-jae untuk memperkuat dan tumbuh. Di sisi lain, persahabatannya dengan Gon dan Dora membuktikan bahwa hubungan positif dapat membawa perubahan besar, apalagi bagi mereka yang merasa “terasing” dari dunia.

Novel ini membujuk pembaca untuk merenungkan apa makna “normal” dalam hidup. Melalui perjalanan Yoon-jae, Sohn Won-pyung menunjukkan bahwa menjadi “berbeda” bukanlah sesuatu yang salah. Justru, penerimaan diri dan keberanian untuk menjalani hidup dengan langkah kita sendiri adalah kunci untuk menemukan kebahagiaan. Pesan ini relevan bagi siapa saja yang merasa tidak sesuai dengan standar yang diciptakan oleh masyarakat.

Almond juga mengajarkan bahwa perubahan adalah perihal yang mungkin, apalagi dalam situasi susah sekalipun. Gon, yang awalnya penuh kemarahan dan kebencian, perlahan berubah menjadi sosok yang lebih hangat berkah persahabatannya dengan Yoon-jae. Novel ini mengajarkan bahwa memaafkan, baik kepada diri sendiri maupun orang lain, adalah langkah krusial untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.

Kesimpulan

Almond

Almond adalah novel yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi. Dengan style penulisan yang sederhana namun penuh makna, Sohn Won-pyung sukses menciptakan cerita yang menyentuh hati. Ini adalah kitab yang bakal membuatmu tertawa, menangis, dan merenung tentang makna menjadi manusia. Siapkan dirimu untuk perjalanan emosional yang mendalam lantaran Almond bakal meninggalkan kesan yang tak terlupakan.

Novel ini tersedia di toko kitab Gramedia dan situs gramedia.com, lho. Jangan lupa beli dan bawa pulang bukunya, ya! Gramedia selalu setia menjadi #SahabatTanpaBatas agar Anda bisa #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gheani Kirani

Rekomendasi Buku

Tube

Tube

Kim Seong-gon Andrea adalah seorang laki-laki paruh baya yang hidup dalam kegagalan demi kegagalan. Berbagai upaya yang dia jalankan bangkrut. Dia berpisah dengan keluarganya. Bahkan upayanya untuk bunuh diri pun gagal. Pada satu hari yang putus asa—setelah kegagalannya untuk bunuh diri—Seong gon menonton sebuah televisi di stasiun Seoul. Seorang pebisnis sukses sedang berbincang di layar kaca. Seong-gon menggerutu dan menafikan ucapan laki-laki di layar TV itu. Saat Seong-gon dalam perjalanan pulang dengan emosi jengkel itu, sebuah iklan di papan elektronik membikin Seong-gon yang mengubah pola hidupnya setelah itu, “Mengubah postur tubuh dapat mengubah hidup Anda.”

Seong-gon mulai kembali menata hidupnya yang telah acak-acakan melalui perihal mini namun signifikan. Dia secara serius dan konsisten mengubah postur tubuhnya. Seong-gon tidak ambil pusing apakah perubahan mini itu bakal berakibat pada kariernya alias hidupnya secara keseluruhan. Hidup Seong-gon perlahan membaik. Dia berjumpa dengan orang-orang yang membuatnya konsisten untuk berubah: Han Jin-seok dan Park Sil-young. Seong-gon kembali berasosiasi dengan keluarganya. Kariernya menanjak naik. Namun, Seong-gon rupanya terlena dengan kesuksesan yang dia raih. Roda hidup berputar, dan Seong-gon tidak selamanya di atas.

Human Acts

Human Acts

Amid a violent student uprising in South Korea, a young boy named Dong-ho is shockingly killed. The story of this tragic bagian unfolds in a sequence of interconnected chapters as the victims and the bereaved encounter suppression, denial, and the echoing agony of the massacre. From Dong-ho’s best friend who meets his own fateful end; to an penyunting struggling against censorship; to a prisoner and a factory worker, each suffering from traumatic memories; and to Dong-ho’s own grief-stricken mother; and through their collective heartbreak and acts of hope is the tale of a brutalized people in search of a voice. An award-winning, controversial bestseller, Human Acts is a timeless, pointillist portrait of an historic event with reverberations still being felt today, by turns tracing the harsh reality of oppression and the resounding, extraordinary poetry of humanity.

The Vegetarian

The Vegetarian

Before the nightmares began, Yeong-hye and her husband lived an ordinary, controlled life. But the dreams—invasive images of blood and brutality—torture her, driving Yeong-hye to purge her mind and renounce eating meat altogether. It’s a small act of independence, but it interrupts her marriage and sets into motion an increasingly grotesque chain of events at home. As her husband, her brother-in-law and sister each fight to reassert their control, Yeong-hye obsessively defends the choice that’s become sacred to her. Soon their attempts turn desperate, subjecting first her mind, and then her body, to ever more intrusive and perverse violations, sending Yeong-hye spiraling into a dangerous, bizarre estrangement, not only from those closest to her, but also from herself. Celebrated by critics around the world, The Vegetarian is a darkly allegorical, Kafka-esque tale of power, obsession, and one woman’s struggle to breakfrom the violence both without and within her.

Selengkapnya