Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya? karya Khoirul Trian adalah sebuah kitab yang mengangkat tema kehilangan dengan langkah yang begitu menyentuh hati. Grameds, jika Anda merasakan kehilangan, entah itu personil family alias sahabat, kitab ini bakal menjadi pelipur lara yang sangat tepat.
Buku dengan isi yang menyayat hati ini berbincang tentang gimana seseorang dapat merasa kehilangan arah setelah kehilangan sosok yang sangat krusial dalam hidup mereka. Hal itu ditampilkan dalam sosok tokoh utama yang kehilangan ayah. Bagi Anda yang sedang merasa bingung alias apalagi kehilangan semangat dalam menjalani hidup, kitab ini bisa menjadi kawan yang mengajarkan pentingnya menemukan kembali arah hidup, meski dalam ketidakpastian.
Meski mengusung tema yang agak berat, kitab Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya? telah menjadi bestseller di Gramedia dan mendapat perhatian luas, terutama di kalangan Gen Z. Buku ini mengangkat rumor fatherless, ialah bentrok jiwa ketika seorang anak kehilangan figur ayah yang memberikan arah hidup. Tak hanya itu, kitab ini juga menyoroti akibat dari rumor itu terhadap perjalanan hidup seseorang. Terdiri dari lima bab yang ditulis dengan sangat cermat, kitab ini membujuk pembaca untuk merenung dan mengikhlaskan. Kamu bakal diajak merasakan emosi yang mendalam dan merenungi hidup melalui kisah tokoh utama yang kehilangan arah setelah kehilangan sosok ayah.
Buku ini ditulis oleh Trian untuk menjadi lebih dari sekadar kawan berduka. Saat kita berduka, kita pasti pernah merasa sunyi lantaran tersesat dalam fase tersebut. Namun, hidup memaksa kita terus melangkah sehingga kita pun kehilangan arah.
Melalui kitab ini, Trian sukses menulis sebuah cerita yang tidak hanya soal kehilangan, tetapi juga tentang kekuatan untuk terus melangkah meskipun segala sesuatunya terasa kosong. Jadi, jika Anda mencari referensi yang bisa menyentuh hati dan memberikan inspirasi, Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya? adalah pilihan yang tepat.
- Profil Khoirul Trian, Penulis yang Mengejar Passion Menulis di Usia Muda
- Sinopsis Novel Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya? Karya Khoirul Trian
- Kelebihan dan Kekurangan Novel Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya?
- Pros & Cons
- Kelebihan Novel Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya? Karya Khoirul Trian
- Kekurangan Novel Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya? Karya Khoirul Trian
- Pesan Moral Novel Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya? Karya Khoirul Trian
- Kesimpulan
- Rekomendasi Buku Karya Khoirul Trian
- Dari Aku Yang Hampir Menyerah
- Jujur, ini Berat
- Anak Kecil Yang Kehilangan Pundaknya
- Buku Best Seller Rekomendasi
- Artikel Terkait Review Buku
Profil Khoirul Trian, Penulis yang Mengejar Passion Menulis di Usia Muda
Khoirul Trian, alias yang berkawan disapa Trian, adalah penulis muda yang sukses meraih kesuksesan dengan bukunya yang berjudul Dari Aku Yang Hampir Menyerah, yang sukses menjadi bes-seller. Trian, yang lahir pada 26 September 1998 di Kalianda, Lampung, saat ini tengah menjalani studi sebagai mahasiswa semester akhir di Universitas Islam Negeri di Lampung.
Trian memulai kegemaran menulisnya dengan tujuan untuk mengekspresikan emosi resah yang dia alami. Meskipun dia bukan berasal dari latar belakang sastra alias bahasa, dia selalu merasa tertarik menulis. Dalam sebuah kegiatan Booktalk di Gramedia Raden Intan, dia mengatakan, “Sebenarnya saya memang senang menulis meskipun latar belakang saya bukan dari bidang sastra ataupun bahasa.”
Selain aktif menulis buku, Trian juga menjalani beragam kegiatan lainnya, seperti menjadi mahasiswa dan konten kreator. Ia mengembangkan hobinya dengan menulis naskah movie pendek dan membikin konten podcast. Trian menyebutkan, “Selain menjadi penulis kitab saya senang membikin konten video di YouTube, menulis naskah movie pendek dan juga bikin podcast di Noice.” Hingga saat ini, Trian sudah menciptakan tujuh naskah film, tiga di antaranya untuk kebutuhan festival, dan sisanya diunggah di YouTube.
Awalnya, orang tua Trian kurang mendukung minatnya sebagai konten pembuat dan penulis. Namun, setelah memandang hasil yang diraih, mereka akhirnya memahami dan memberi support penuh. “Orang tua awalnya tidak begitu mendukung, tapi sekarang sudah mengerti dan mendukung apa yang saya jalani,” ungkapnya.
Setelah sukses dengan kitab pertamanya, Trian menargetkan untuk merilis kitab keduanya pada akhir tahun 2022. Buku kedua ini tetap berasosiasi dengan karya pertamanya, Dari Aku Yang Hampir Menyerah, dan Trian berambisi kitab kedua tersebut juga bakal mendapatkan sambutan positif dari pembaca. “Semoga kitab kedua ini juga mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat,” tambahnya.
Khoirul Trian sekarang dikenal sebagai penulis muda yang karyanya banyak mengangkat tema tentang kehidupan, keluarga, dan pencarian makna hidup. Ia dikenal dengan style penulisan yang puitis dan mudah dipahami, terutama oleh kalangan remaja dan Gen Z. Karya-karyanya banyak mengandung pesan moral yang mendalam, membikin pembaca dapat merasakan emosi dan belajar dari pengalaman yang ditulisnya.
Sinopsis Novel Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya? Karya Khoirul Trian
Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya? bercerita tentang seorang anak yang kehilangan sosok ayah yang selama ini menjadi panutan hidupnya. Setelah ayahnya meninggal, sang anak merasa bingung dan kehilangan arah, seperti pelaut yang kehilangan kompas di tengah lautan.
Buku ini menggambarkan perjalanan emosional tokoh utama yang berupaya untuk menemukan kembali arah hidupnya meskipun hidup terasa sangat susah tanpa sosok ayah yang menjadi pengarah dan penuntun jalan. Dalam cerita ini, Anda bakal dibawa untuk merasakan emosi kesepian, kebingungan, hingga akhirnya menerima realita bahwa hidup terus melangkah meski tanpa arah yang jelas.
Kelebihan dan Kekurangan Novel Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya?
Pros & Cons
Pros
- Mengangkat rumor fatherless yang relevan dengan banyak orang
- Gaya penulisan yang puitis, lugas, dan mudah dipahami.
- Mengandung banyak kalimat inspiratif yang mudah diterima.
- Memiliki komponen interaktif yang membikin pembaca lebih terlibat.
- Cocok untuk pembaca muda, terutama Gen Z.
Cons
- Bisa terasa terlalu emosional untuk beberapa pembaca
- Cerita yang terfokus pada kehilangan bisa terasa berat.
- Tidak terlalu banyak pengembangan karakter selain tokoh utama.
- Tidak ada twist besar alias alur yang mengejutkan.
- Beberapa bagian mungkin terasa repetitif bagi sebagian orang.
Kelebihan Novel Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya? Karya Khoirul Trian
Salah satu perihal yang membikin kitab ini menarik adalah style penulisan Khoirul Trian yang sukses menyentuh hati pembaca. Trian bisa menggabungkan antara kata-kata yang puitis dengan style bahasa yang lugas, menjadikannya mudah dipahami oleh kalangan pembaca muda. Hal ini sangat krusial lantaran kitab ini ditujukan untuk Gen Z, yang lebih terbiasa dengan style komunikasi yang sigap dan to the point. Meskipun begitu, tidak ada kesan terburu-buru alias dangkal dalam penyampaian pesan yang mendalam.
Dengan kata-kata yang sederhana, Trian bisa menggambarkan emosi tokoh utama dengan sangat jelas. Perasaan kesepian, kebingungan, dan ketidakpastian yang dialami tokoh utama terasa sangat nyata. Pembaca bisa merasakan sendiri setiap emosi yang dialami oleh tokoh utama, seolah-olah mereka juga turut terlibat dalam perjalanan emosional tersebut. Hal ini menjadikan kitab ini sangat mudah dihubungkan dengan kehidupan nyata, terutama bagi mereka yang juga merasa bingung dan kehilangan arah dalam hidup.
Salah satu tema utama yang diangkat dalam kitab ini adalah rumor fatherless, alias kehilangan figur ayah dalam hidup seorang anak. Dalam beberapa tahun terakhir, rumor ini memang semakin banyak diperbincangkan, terutama di kalangan remaja yang tidak merasakan kehadiran ayah dalam hidup mereka. Buku ini dengan sangat tepat menggambarkan gimana emosi seorang anak yang kehilangan ayahnya dan gimana emosi tersebut memengaruhi arah hidupnya.
Khoirul Trian tidak hanya menggambarkan kehilangan secara emosional, tetapi juga memperlihatkan gimana akibat kehilangan tersebut dapat mempengaruhi langkah seseorang memandang hidup dan menjalani hari-harinya. Tokoh utama dalam kitab ini merasa bingung dan tidak tahu arah yang kudu diambil, apalagi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Proses penerimaan dan pembelajaran tentang hidup tanpa pengarahan ayah adalah perjalanan yang sangat menantang dan penuh emosi.
Selain itu, ada aspek lain yang membikin Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya? lebih dari sekadar kitab biasa adalah adanya komponen interaktif yang memungkinkan pembaca untuk berinteraksi langsung dengan cerita yang sedang dibaca. Buku ini tidak hanya sekadar menawarkan cerita, tetapi juga membujuk pembaca untuk merasakan dan mengeluarkan emosi mereka sendiri melalui laman kegiatan yang disediakan. Hal ini memungkinkan pembaca untuk lebih terlibat dalam cerita, merasa lebih dekat dengan karakter, dan apalagi melakukan refleksi pribadi mengenai pengalaman mereka sendiri.
Halaman kegiatan ini tidak hanya sekadar menambah dimensi interaktif dalam buku, tetapi juga memberikan kesempatan bagi pembaca untuk lebih mendalami emosi yang dirasakan oleh tokoh utama. Buku ini sukses menciptakan pengalaman membaca yang lebih individual dan mendalam, yang sangat relevan dengan kebutuhan pembaca muda yang sering kali mencari langkah untuk memahami dan mengelola emosi mereka sendiri.
Buku ini juga memberikan banyak kalimat inspiratif yang sangat mudah dipahami dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Melalui kalimat-kalimat yang sederhana dan bermakna, pembaca diajak untuk tidak menyerah dalam menghadapi kesulitan hidup. Bahkan jika hidup terasa tanpa arah, kitab ini mengajarkan bahwa selalu ada angan dan bahwa setiap perseorangan mempunyai kekuatan untuk bergerak maju, meskipun dalam ketidakpastian.
Buku ini sangat cocok untuk siapa saja yang sedang merasa kehilangan alias bingung dengan arah hidup mereka. Buku ini tidak hanya mengisahkan tentang kehilangan ayah, tetapi juga tentang kehilangan arah dalam hidup secara umum. Dalam bumi yang serba sigap dan penuh tekanan seperti sekarang, banyak orang merasa terjebak dalam rutinitas yang tidak memberikan makna. Buku ini membujuk pembaca untuk berakhir sejenak, merenung, dan mencari kembali arah hidup mereka.
Kekurangan Novel Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya? Karya Khoirul Trian
Pesan Moral Novel Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya? Karya Khoirul Trian
Buku Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya? menyampaikan pesan mendalam tentang perjalanan hidup setelah kehilangan sesuatu yang berharga. Meski terkadang hidup terasa seperti tanpa arah, kitab ini mengajarkan bahwa kita mempunyai kekuatan untuk terus melangkah dan menemukan tujuan baru. Kehidupan mungkin tidak selalu memberi petunjuk yang jelas, tetapi melalui keberanian dan penerimaan, kita dapat menentukan arah yang bermakna.
Dengan cerita yang menyentuh, kitab ini mengingatkan pembaca untuk selalu berterima kasih atas hal-hal mini yang tetap dimiliki, apalagi di tengah kesulitan. Pesan ini menjadi pengingat bahwa angan selalu ada, meskipun jalan hidup terasa gelap dan penuh tantangan.
Melalui perjalanan emosional yang dihadirkan, pembaca diajak untuk merenungkan makna kehidupan, rasa syukur, dan keberanian untuk bangkit. Buku ini bukan hanya sebuah cerita, tetapi juga pedoman inspiratif untuk mereka yang sedang mencari arah dan kekuatan dalam menghadapi ujian hidup.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya? adalah kitab yang sangat emosional dan relevan bagi Anda yang sedang mencari arah hidup alias merasa kehilangan. Buku ini sukses menyentuh banyak pembaca dengan style penulisan yang puitis dan lugas, serta mengangkat tema yang sangat relate dengan kehidupan pembaca muda. Meskipun ceritanya terasa berat dan penuh dengan emosi kesepian, kitab ini memberikan pesan yang sangat positif tentang gimana kita bisa bangkit meskipun hidup terasa tanpa tujuan.
Jadi, jika Anda merasa butuh referensi yang bisa menginspirasi dan mengingatkan Anda untuk terus melangkah, kitab ini patut untuk Anda baca. Jangan lupa beli bukunya di toko kitab Gramedia terdekat, Grameds! Gramedia selalu setia menjadi #SahabatTanpaBatas agar Anda bisa #LebihDenganMembaca.
Penulis: Gheani
Rekomendasi Buku Karya Khoirul Trian
Dari Aku Yang Hampir Menyerah
Pemuda yang tinggal di Kalianda, Lampung Selatan ini mengungkapkan jika kitab yang ditulisnya berangkat dari kisah pribadi dirinya. Trian mengaku dirinya sempat berada di titik nadir dalam kehidupannya. Ia beberapa kali sempat hendak menyerah dalam hidupnya. Kegelisahan dan keresahan dirasakannya. Pasalnya, dia tak mempunyai tempat untuk berbagi guna menceritakan kegalauan yang dialaminya. Khoirul mengumpulkan tulisannya dari tahun 2018 hingga September 2021. Ternyata setelah dikumpulkan, dan dilihat editor, kumpulan tulisannya bisa dirangkai menjadi sebuah kitab yang berisi cerita menarik. Selanjutnya Januari 2022, bukunya mulai di proses, ialah merangkai tulisan, edit tulisan, dan sebagainya. Saat melalui proses ini, satu satunya kesulitan yang dialami Khoirul adalah saat menyamakan pendapatnya dengan editor. Namun akhirnya kesulitan itu bisa diatasi, dan bukunya bisa mulai diterbitkan. Tulisan tentang kisah pribadinya kemudian diterbitkan dalam corak kitab oleh penerbit Gradien Mediatama. Buku dengan titel ‘Dari Aku yang Hampir Menyerah’ pertama kali dipasarkan melalui sistem PO pada 22 Maret 2022 lalu. Kemudian kitab itu mulai didistribusikan tanggal 14 April 2022. Dari penjualan sistem PO itu, 2.000 eksemplar kitab sudah terjual.
Jujur, ini Berat
Semua orang gak kudu mengerti sama kita. Dan memang bukan tanggungjawab orang lain buat mengerti keadaan kita. Jadilah perawat untuk dirimu sendiri. Pahami betul, bagian mana yang luka? Lalu sembuhkan sendiri, Caranya sama kok, kayak waktu Anda nyembuhin orang lain. Kamu pandal kan nyembuhin orang lain? Masa untuk nyembuhin diri sendiri gak bisa.
Buat Anda yang sering bertanya, “aku yang dulu ke mana, ya?” Mungkin Anda bakal menemukan jawabannya di sini. Bahagia, alias tidak, mengenang masa mini adalah perihal yang dirindukan alias mungkin sangat menyakitkan. Namun, senang alias tidak kita saat kecil, apakah ada yang bisa menjamin dewasanya bakal betul-betul bahagia? Saatnya berpelukan dengan masa lampau dan merayakannya dengan tangisan yang paling meriah.