Review Novel Kami (bukan) Sarjana Kertas Karya J.s Khairen

Jan 23, 2025 02:53 PM - 2 minggu yang lalu 25536

Pernahkah Anda merasa bahwa selembar piagam sering dijadikan tolak ukur utama dalam menentukan keberhasilan hidup? Jika iya, Kami (Bukan) Sarjana Kertas karya J.S. Khairen bakal mengajakmu untuk memandang perspektif yang berbeda. Novel ini mengupas konsep kesuksesan dari perspektif pandang yang lebih luas, mematahkan stereotip bahwa keberhasilan hidup hanya dapat diukur dari gelar akademik semata. Melalui cerita yang sarat makna, J.S. Khairen menggambarkan perjalanan hidup para tokoh yang penuh dengan perjuangan, keberanian, dan kreativitas.

Kami (Bukan) Sarjana Kertas

Grameds, jika Anda pernah merasakan kehidupan sebagai mahasiswa alias sedang menjalani masa ini, Anda pasti bakal relate sama novel ini. Hidup sebagai mahasiswa adalah perjalanan penuh warna. Dimulai dari rasa bangga saat pertama kali mengenakan jas almamater, hingga tekanan tugas yang menumpuk dan kebingungan tentang masa depan. Di tengah dinamika itu, kita sering dihadapkan pada pertanyaan besar: apa tujuan kita sebenarnya? Kuliah bukan hanya soal mencari gelar, tetapi juga tentang menemukan jati diri, mengatasi rintangan, dan belajar dari setiap pengalaman yang ada.

Bagi banyak mahasiswa, perjalanan ini adalah waktu untuk bermimpi besar, gagal, bangkit lagi, dan perlahan memahami bahwa setiap langkah, sekecil apa pun, mempunyai makna dalam membentuk masa depan. Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas pertama kali terbit pada tahun 2019 sebagai bagian dari seri Kami (Bukan). Buku ini terdiri dari 366 halaman, dan setiap babnya disertai quote menarik dari penulis. Melalui ceritanya, J.S. Khairen menyelami kehidupan mahasiswa di Universitas Daulat Eka Laksana (UDEL), sebuah universitas yang apalagi susah ditemukan di mesin pencarian Google.

Jika Anda sedang ragu dengan perjalanan hidupmu alias merasa mimpi yang Anda kejar terlalu jauh, kitab ini layak Anda baca. Novel ini menghadirkan pelajaran krusial tentang gimana menemukan jalan hidup, apalagi saat kita merasa tersesat. Tidak hanya menghibur, kitab ini juga bakal membuka wawasan Anda tentang pentingnya keberanian bermimpi dan berjuang untuk itu.

Profil J.S. Khairen: Penulis yang Gemar Memotret Budaya dalam Karya

J.S. Khairen, alias Jombang Santani Khairen, adalah seorang penulis berbakat berdarah Minang yang lahir pada 23 Januari 1991. Minat menulisnya tumbuh sejak kecil, terinspirasi oleh sang ayah yang bekerja sebagai wartawan dan apalagi membuka kelas menulis informal di Padang saat Khairen tetap SD. Ia mulai aktif menulis pada 2013 dan hingga sekarang telah menghasilkan sekitar 20 buku, termasuk novel, kumpulan cerpen, dan karya lainnya.

Kami (Bukan) Sarjana Kertas

Beberapa karya terkenalnya antara lain Kami (bukan) Sarjana Kertas, Kami (bukan) Generasi Bact*, Rinduku Sederas Hujan Sore Itu, serta Melangkah. Dengan style penulisan yang unik dan tema yang menggugah, dia sukses memadukan komponen budaya, ekonomi, dan tradisi dalam setiap karyanya.

Tidak hanya menulis, J.S. Khairen juga aktif berbagi pengetahuan melalui media sosial, workshop, dan grup diskusi. Selain itu, dia pernah berkedudukan sebagai tokoh dalam movie Humba Dreams. Kini, J.S. Khairen menjalani kehidupan senang berbareng istri dan dua anaknya, sembari terus berkarya di bumi literasi.

Di luar bumi sastra, J.S. Khairen juga dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap rumor sosial dan pendidikan. Ia kerap terlibat dalam beragam kegiatan amal, seperti penggalangan biaya untuk pendidikan anak-anak kurang bisa dan penyediaan buku-buku literasi di daerah terpencil. Hal ini menunjukkan dedikasi dan kontribusinya tidak hanya dalam bumi penulisan tetapi juga dalam upaya membangun kesadaran literasi di masyarakat. J.S. Khairen percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan, dan dia menggunakan platformnya untuk menginspirasi orang lain agar ikut serta dalam aktivitas ini.

Kepribadian J.S. Khairen yang rendah hati dan mudah berbaur membuatnya banyak dihormati oleh rekan-rekan sesama penulis dan para pembacanya. Ia sering mengadakan obrolan terbuka di media sosial, di mana dia berbagi pengalaman, menjawab pertanyaan seputar bumi kepenulisan, serta memberikan motivasi kepada para calon penulis.

Dengan segala pencapaiannya, J.S. Khairen terus menjadi inspirasi bagi banyak orang yang bercita-cita untuk menekuni bumi sastra, sekaligus membuktikan bahwa kerja keras dan konsistensi dapat membawa seseorang meraih kesuksesan yang gemilang.

Sinopsis Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas

Kami (Bukan) Sarjana Kertas

Cerita bermulai di kampus UDEL dengan tujuh mahasiswa yang mempunyai latar belakang berbeda: Ogi, Ranjau, Gala, Arko, Juwisa, Sania, dan Cathrine. Dipimpin oleh pengajar konseling mereka, Bu Lira Estrini, golongan ini mulai menghadapi beragam tantangan hidup

Ogi, yang awalnya merasa kuliah hanyalah beban, akhirnya menemukan bakatnya di bagian teknologi info dan bekerja di perusahaan internasional tanpa menyelesaikan studinya. Sebaliknya, Ranjau, yang lulus dengan predikat cum laude, kudu berjuang untuk mendapatkan pekerjaan. Novel ini menunjukkan bahwa perjalanan setiap perseorangan berbeda, dan sukses tidak hanya diukur dari gelar akademik.

Kelebihan dan Kekurangan Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas

Kami (Bukan) Sarjana Kertas

Pros & Cons

Pros

  • Cerita yang inspiratif
  • Karakter yang realistis
  • Banyak quote bermakna
  • Mengangkat rumor relevan dengan zaman

Cons

  • Alur cerita yang lambat
  • Gaya bahasa yang kadang terasa “melayu-gaul”
  • Fokus cerita yang condong terbagi
  • Beberapa logika cerita kurang masuk akal

Kelebihan Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas

Kami (Bukan) Sarjana Kertas

Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas sukses menyampaikan pesan-pesan kehidupan melalui bahasa yang ringan dan mengalir. Gaya penulisan ini memudahkan pembaca dari beragam usia untuk memahami cerita, apalagi pelajar SMA sekalipun. Setiap alur cerita dirancang untuk membawa pembaca merasakan emosi yang beragam—dari terharu hingga tertawa terpingkal-pingkal. Hal ini membikin kitab ini terasa hidup dan menyenangkan untuk diikuti.

Salah satu daya tarik utama dari kitab ini adalah kemampuannya untuk menghadirkan pelajaran hidup yang mendalam dalam cerita sederhana. Buku ini mengajarkan pembacanya untuk terus bergerak maju, menemukan solusi dalam setiap tantangan, dan tidak menyerah meski menghadapi kesulitan. Pesan moral seperti pentingnya mempunyai sahabat yang mendukung serta memahami bahwa jalan yang susah sering kali membawa keelokan di ujungnya menjadi inti dari kisah yang disampaikan.

Buku ini juga sangat relevan untuk pelajar dan mahasiswa, khususnya yang berada di awal perjalanan akademis mereka. Ceritanya menawarkan motivasi untuk menjalani kehidupan perkuliahan dengan semangat dan optimisme. Kalimat-kalimat penyemangat seperti “saat segala sesuatu terasa berat, itu artinya kau sedang mendaki” memberikan dorongan emosional yang kuat kepada pembaca.

Penulis juga sukses menyelipkan lawakdan refleksi diri yang menjadikan kitab ini lebih menarik. Kehidupan yang terkadang perlu “dibercandakan” menjadi pesan unik yang diusung, mengingatkan pembaca untuk tidak terlalu serius menghadapi hidup. Kalimat-kalimat ini memberikan perspektif baru tentang gimana menjalani hidup dengan lebih seimbang.

Di setiap babnya, kitab ini menyisipkan kata-kata bijak yang “menyadarkan” pembaca tentang drama kehidupan dan bumi perkuliahan. Banyak pembaca merasa terhubung dengan cerita lantaran mereka memandang refleksi dari perjuangan mereka sendiri. Buku ini tidak hanya menjadi referensi yang menghibur tetapi juga memberi daya positif bagi pembacanya.

Salah satu kekuatan kitab ini adalah pesan moral yang disampaikan melalui karakter-karakternya. Setiap tokoh mempunyai karakter dan perjalanannya sendiri, membikin pembaca merasa dekat dengan mereka. Kutipan-kutipan di akhir setiap bab juga menjadi daya tarik tersendiri. Misalnya, kalimat, “Kita kerap mendikte Sang Mahapasti dengan doa-doa yang ajaib. Padahal kita tahu, Ia adalah penulis skenario terbaik.” (hlm. 256), memberikan refleksi mendalam tentang kehidupan.

Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas mempunyai kelebihan lain berupa kritik sosial yang tajam, tetapi tetap relevan terhadap beragam pihak dalam sistem pendidikan, seperti pendidik, peserta didik, orang tua, hingga standar sosial yang membentuk persepsi terhadap pendidikan.

Kritik ini disampaikan melalui narasi yang lembut dan berkesan, membikin pembaca tidak hanya menikmati cerita, tetapi juga merenungkan realitas bumi pendidikan. Penggambaran sistem pendidikan dalam kitab ini, seperti konseling mahasiswa dengan dosen, meski terasa ideal, memberikan angan bakal adanya perubahan positif di masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa penulis tidak hanya bercerita, tetapi juga berupaya menyuarakan pandangan dan impiannya tentang sistem pendidikan yang lebih baik dan manusiawi.

Kekurangan Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas

Kami (Bukan) Sarjana Kertas

Pesan Moral dalam Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas

Kami (Bukan) Sarjana Kertas

Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas ini mengajarkan bahwa kesuksesan tidak selalu datang dari jalur akademik. Ada yang lebih penting, ialah menemukan minat dan bakatmu dan tetap berjuang untuk itu. Selain itu, berada di lingkungan yang mendukung adalah kunci untuk tetap memperkuat dalam menghadapi beragam rintangan hidup.

Pesan moral tentang perjuangan dan ketangguhan hidup menjadi salah satu inti utama dalam kitab ini. Setiap tokoh yang diperkenalkan mempunyai perjuangan masing-masing untuk memperkuat dan mencapai mimpinya. Mereka datang dari latar belakang yang beragam, tetapi semuanya mempunyai tekad kuat untuk memperbaiki hidup melalui pendidikan. Hal ini mengajarkan pembaca bahwa setiap orang mempunyai jalannya sendiri dalam menghadapi rintangan hidup, dan perjuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses tersebut.

Selain itu, novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas menyampaikan pentingnya menghargai proses belajar dalam segala bentuknya, bukan hanya di ruang kelas, tetapi juga dari pengalaman hidup. Cerita yang menyelami kehidupan mahasiswa dari beragam sisi memberikan gambaran bahwa pendidikan bukan hanya soal nilai akademik, tetapi juga pembentukan karakter, empati, dan keahlian untuk menghadapi masalah nyata. Buku ini membujuk pembaca untuk tidak menyerah meski berada dalam situasi yang sulit, lantaran perjuangan itu sendiri adalah pelajaran berharga.

Pesan moral lain yang kuat adalah tentang pentingnya organisasi dan support antarindividu. Hubungan antara tokoh-tokoh dalam cerita menunjukkan sungguh besar pengaruh positif dari sahabat, mentor, dan family dalam membantu seseorang memperkuat dan berkembang. Dukungan ini menjadi pengingat bahwa tidak ada yang bisa melangkah sendirian, dan kita perlu saling membantu untuk mencapai tujuan bersama.

Buku ini juga menekankan nilai-nilai kemandirian dan tanggung jawab pribadi. Para tokoh digambarkan kudu menghadapi keputusan-keputusan susah yang menguji kedewasaan mereka. Pembaca diajak merenungkan gimana mereka sendiri bisa menjadi jenis terbaik dari diri mereka dengan terus belajar, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan berkontribusi kepada orang lain. Pesan ini relevan untuk siapa saja yang sedang mencari tujuan hidup alias merasa bimbang di tengah perjalanan mereka.

Kesimpulan

Kami (Bukan) Sarjana Kertas

Penulis: Gheani Kirani

Rekomendasi Buku Terkait

Rinduku Sederas Hujan Sore Itu (Republish)

Rinduku Sederas Hujan Sore Itu

Hujan adalah janji setia langit kepada bumi. Yang pasti datang, tanpa payah menunggu. Kita terjebak di hujan yang sama, namun tak bisa saling bicara. Membuatku terus menunggumu memutar badan dan melempar senyum kepadaku. Aneka rasa tumpah dari langit. Cemas dan kangen tanpa bisa kucegah. Rasa yang begitu besar, yang melenyapkan rasa lainnya. Jarak kita tak jauh. Namun tak bisa bertatapan, apalagi berbicara. Rinduku sederas hujan sore itu.

Melangkah

Melangkah

Listrik padam di seluruh Jawa dan Bali secara misterius. Ancaman nyata kekuatan baru yang hendak menaklukkan Nusantara. Saat yang sama, empat sahabat mendarat di Sumba, hanya untuk mendapati nasib ratusan juta manusia ada di tangan mereka! Empat mahasiswa ekonomi ini, kudu berkompetisi melawan pasukan berkuda yang bisa melontarkan listrik! Semua dipersulit oleh seorang buronan tingkat tinggi bertopeng pahlawan yang punya rencana mengerikan. Ternyata pesan arwah nenek moyang itu betul-betul terwujud. “Akan datang kegelapan yang berderap, berbareng ribuan kuda raksasa di kala malam. Mereka bangun setelah sekian lama, untuk menghancurkan Nusantara. Seorang laki-laki dan seorang wanita ditakdirkan membaurkan air di lautan dan api di pegunungan. Menyatukan tanah yang menghujam, dan udara yang terhampar.” Kisah tentang persahabatan, tentang lembah ego anak dan orangtua, tentang menyeimbangkan logika dan perasaan. Juga tentang melangkah menuju masa depan. Bahwa, apa pun yang menjadi luka masa lalu, biarlah mengering berbareng waktu.

Kami (Bukan) Jongos Berdasi Edisi Revisi

Kami (Bukan) Jongos Berdasi Edisi Revisi

Novel ini mengisahkan lika-liku kehidupan para tokoh yang begitu beragam. Sania yang tidak nyaman kerja di Bank EEK, Randi yang mengejar promosi di tempat kerjanya, Juwisa dengan angan S2 nya di luar negeri, Arko yang tidak kunjung mendapat piagam dan gelar sarjana, Lira dengan kebimbangannya memilih antara upaya alias tawaran penelitian di Sumba, Cath dengan ambisinya menjadi seorang pengacara idealis, serta Ogi yang nasibnya sungguh gempar menggelegar sukses diceritakan oleh J.S Khairen dengan style bahasanya yang khas, santai, dan mudah dimengerti. Novel kedua ini tentu tidak boleh dilewatkan.

Selengkapnya