Samsung Pertimbangkan Pindahkan Produksi Ke India Untuk Hindari Tarif As

May 02, 2025 10:27 AM - 2 minggu yang lalu 19290

Kincai Media – Perang jual beli antara Amerika Serikat dan negara-negara Asia kembali memanas. Kali ini, Samsung menjadi salah satu korban yang kudu berstrategi menghadapi kebijakan tarif baru dari Negeri Paman Sam. Dalam laporan finansial kuartal pertama 2025, raksasa teknologi asal Korea Selatan ini mengkonfirmasi sedang mempertimbangkan relokasi beberapa lini produksinya – terutama untuk smartphone yang dipasarkan di AS.

Langkah ini bukan tanpa alasan. Vietnam, salah satu pedoman produksi utama Samsung, baru saja dikenakan tarif impor sebesar 46% oleh pemerintah AS. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan tarif normal sebesar 10% yang bertindak secara global. Sementara itu, India menawarkan tarif lebih rendah di kisaran 26%, membuatnya menjadi destinasi pengganti yang menarik.

Samsung logo on a large sign

Vietnam vs India: Pertarungan Tarif yang Mengubah Peta Produksi

Selama ini, Vietnam menjadi salah satu hub manufaktur terpenting bagi Samsung. Menurut informasi internal, lebih dari 50% smartphone Samsung yang dipasarkan di AS diproduksi di negara ini. Namun, lonjakan tarif hingga 46% jelas menjadi pukulan telak bagi strategi produksi mereka.

“Kami sedang mengevaluasi opsi untuk memindahkan produksi beberapa model smartphone dari Vietnam ke India,” ungkap perwakilan Samsung dalam konvensi pers Q1 2025. “Ini adalah langkah antisipatif untuk meminimalisir akibat tarif terhadap margin finansial kami.”

Meski demikian, keputusan final belum diambil. Pemerintah AS memberikan masa tenggang 90 hari sebelum tarif baru betul-betul diberlakukan. Periode ini dimanfaatkan beragam negara untuk bermusyawarah ulang dengan Washington.

Image of Samsung's mobile factory in Noida, India

Dampak Jangka Panjang: Harga Smartphone hingga Strategi Global

Langkah Samsung ini bukanlah yang pertama di industri teknologi. Sebelumnya, Apple telah lebih dulu memindahkan sebagian produksi iPhone-nya ke India. Bahkan, seperti dilaporkan Kincai Media , mereka mengirimkan 600 ton iPhone dari India ke AS untuk menghindari tarif tinggi.

Pertanyaannya sekarang: Akankah konsumen merasakan dampaknya? Analis memprediksi dua skenario. Pertama, Samsung mungkin bakal meningkatkan nilai produk untuk menutupi biaya tambahan. Kedua, mereka bisa mengoptimalkan produksi di India sehingga nilai tetap stabil.

“Ini adalah permainan catur geopolitik yang rumit,” kata Johanna Romero, analis teknologi senior. “Perusahaan seperti Samsung dan Apple kudu terus beradaptasi dengan kebijakan perdagangan yang berubah-ubah.”

Tidak hanya bagian smartphone, lini upaya lain Samsung seperti TV, monitor, dan perangkat rumah tangga juga dikabarkan sedang mempertimbangkan relokasi produksi. Mereka juga berfokus pada penjualan produk premium untuk menjaga margin keuangan.

Kasus Samsung ini menjadi bukti nyata gimana ketegangan perdagangan dunia bisa mengubah peta industri teknologi dalam sekejap. Seperti yang terjadi pada Anbernic yang terpaksa menghentikan pengiriman konsol retro ke AS akibat kenaikan tarif serupa.

Lalu, gimana nasib konsumen Indonesia? Untuk saat ini, dampaknya mungkin belum terasa. Namun, jika tarif terus meningkat dan rantai pasokan dunia terganggu, bukan tidak mungkin nilai produk teknologi bakal mengalami kenaikan secara merata di beragam negara.

Selengkapnya