Stimulasi Puting Saat Hamil Bisa Membuat Janin Cacat, Mitos Atau Fakta?

Dec 01, 2024 09:40 PM - 1 bulan yang lalu 53686

Stimulasi puting saat mengandung dapat memicu kontraksi rahim. Namun, ada dugaan bahwa stimulasi puting saat mengandung bisa membikin janin cacat. Mitos alias fakta?

Mitos yang berasosiasi dengan kehamilan banyak beredar. Termasuk tentang stimulasi puting saat hamil.  Sejumlah pendapat ahlinya menyatakan bahwa stimulasi puting dapat melepaskan hormon yang menyebabkan kontraksi rahim.

Bahkan sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa ini tidak dapat menyebabkan persalinan yang sebenarnya. Lalu, gimana faktanya mengenai perihal ini?

Pengaruh stimulasi puting pada kehamilan

Dokter Spesialis Kebidanan dan Ginekologi, Dr. Valinda Nwadike, mengatakan bahwa kebanyakan master tidak merekomendasikan stimulasi puting untuk menginduksi persalinan. 

Nwadike menjelaskan studi tentang stimulasi puting untuk memicu kontraksi. Pada studi di jurnal PLoS One melaporkan bahwa 50 persen wanita di Jepang menggunakan stimulasi puting untuk membantu menginduksi persalinan.

Tidak semua ibu mengandung boleh melakukan stimulasi puting. Bunda dengan kehamilan normal dan berisiko rendah yang boleh melakukan stimulasi puting untuk mempercepat kontraksi.

"Risiko kesehatan ini termasuk tekanan darah tinggi, glukosuria gestasional, jumlah cairan ketuban yang rendah alias tinggi, alias akibat lain yang dapat mempersulit kehamilan," jelas Nwadike dilansir Medicalnewstoday.

Stimulasi puting memang dapat menyebabkan pelepasan oksitosin, hormon yang bertanggung jawab untuk merangsang kontraksi rahim selama persalinan.

Berikut beberapa pengaruh stimulasi puting dalam kehamilan dari beragam sumber:

  1. Stimulasi puting menjadi salah satu langkah untuk mempercepat kontraksi. Namun, ibu mengandung perlu mengetahui patokan untuk mempercepat kontraksi. Jika kehamilan belum menginjak usia 37 minggu, maka ibu mengandung tidak dianjurkan untuk mempercepat kontraksi. Stimulasi puting ini biasanya dapat dilakukan setelah kehamilan berumur lebih dari 37 minggu.
  2. Setelah melahirkan untuk meningkatkan pengeluaran ASI.
  3. Dokter Anak bersertifikat dan Konselor Laktasi di California, Dan Brennan, MD, menjelaskan bahwa stimulasi puting juga dapat mengurangi akibat perdarahan postpartum. Pada tinjauan tahun 2005 terhadap enam percobaan menemukan bahwa 0,7 persen wanita yang melakukan stimulasi puting mengalami perdarahan postpartum, sedangkan 6 persen bunda mengandung yang tidak melakukan stimulasi puting mengalami perdarahan.

Stimulasi puting bisa menyebabkan abnormal janin?

Hingga sekarang belum ada bukti ilmiah yang membuktikan bahwa stimulasi puting dapat menyebabkan abnormal janin. Stimulasi puting lebih sering digunakan sebagai induksi alami untuk mempercepat persalinan, terutama pada ibu mengandung yang cukup bulan.

Namun stimulasi puting yang tidak tepat alias berlebihan juga bisa menyebabkan kontraksi terlalu kuat sehingga berisiko membahayakan ibu dan bayi.

Ibu mengandung dapat mendiskusikan dengan master jika mau mencoba stimulasi puting untuk keperluan tertentu.

Siapa yang boleh melakukan stimulasi puting?

Ibu dengan kehamilan berisiko rendah yang boleh melakukan stimulasi puting. Maksudnya adalah kehamilan di yang tidak mempunyai akibat kesehatan tambahan. 

Risiko kesehatan ini termasuk tekanan darah tinggi, glukosuria gestasional, jumlah cairan ketuban yang rendah maupun tinggi, alias akibat lain yang dapat mempersulit kehamilan.

Faktor akibat dan penyebab abnormal janin

Semua ibu mengandung mempunyai akibat melahirkan anak dengan kondisi abnormal janin. Cacat janin sendiri dapat terjadi selama kehamilan lantaran beberapa penyebab dan aspek risiko, yakni:

1. Genetik

Ayah dan Bunda dapat mewariskan kelainan genetik kepada bayinya. Kelainan ini terjadi ketika gen menjadi abnormal lantaran mutasi alias perubahan.

"Dalam beberapa kasus, gen alias bagian dari gen mungkin hilang. Cacat ini terjadi saat pembuahan dan seringkali tidak dapat dicegah," ujar Dokter Anak Karen Gill, M.D., dilansir Healthline.

Menurut WHO, sebagian mini abnormal janin disebabkan kelainan genetik, ialah kelainan kromosom, seperti sindrom Down (trisomi 21) alias abnormal gen tunggal (misalnya fibrosis kistik).

2. Faktor sosial ekonomi dan demografi

Faktor sosio ekonomi seperti berpenghasilan rendah dapat menjadi penyebab tidak langsung dari abnormal janin. WHO menjelaskan, gelombang ini lebih tinggi di antara family dan negara yang kekurangan sumber daya.

"Diperkirakan sekitar 94 persen abnormal janin parah terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah," tulis WHO dalam laman resminya.

3. Usia bumil

Usia ibu mengandung juga dapat menjadi aspek akibat abnormal janin. Ibu mengandung berumur 35 tahun alias lebih berisiko lebih tinggi melahirkan anak dengan kondisi abnormal lahir.

WHO menjelaskan, usia ibu merupakan aspek akibat perkembangan janin intrauterin yang abnormal. Usia bumil yang sudah lanjut dapat meningkatkan akibat kelainan kromosom, termasuk sindrom Down.

4. Faktor lingkungan dan style hidup

Faktor lingkungan seperti paparan radiasi dan polutan juga dapat menjadi aspek akibat abnormal janin. Selain itu, style hidup tidak sehat bisa menjadi penyebabnya, seperti merokok, menggunakan narkoba, dan minum alkohol.

5. Infeksi saat hamil

Melansir Very Well Family, jangkitan selama kehamilan dapat menyebabkan abnormal lahir. Infeksi yang biasanya tidak menimbulkan indikasi alias indikasi ringan pada orang dewasa apalagi dapat menimbulkan akibat yang parah bagi janin dalam kandungan, Bunda.

Beberapa jangkitan yang bisa menyebabkan abnormal janin, ialah jangkitan sitomegalovirus, jangkitan virus Rubella, jangkitan herpes simplex virus (HSV), jangkitan toksoplamosis, dan virus Zika.

Demikian ulasan mengenai stimulasi puting tetek saat mengandung dan kaitannya dengan abnormal janin. Semoga informasinya membantu Bunda menyiapkan persalinan dengan aman.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Selengkapnya