Jakarta -
Selain fisik, kondisi mental ibu mengandung kudu dijaga. Meskipun stres adalah perihal yang umum dan bisa terjadi saat hamil, namun dampaknya bagi kesehatan ibu dan janin sangat berpengaruh. Stres yang berkepanjangan alias stres kronis dapat memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan janin.
Stres saat mengandung bisa menimbulkan sakit kepala, masalah tidur, napas cepat, dan degub nadi yang cepat. Beberapa orang mungkin juga mengalami pikiran obsesif, kekhawatiran alias kecemasan, kemarahan, masalah makan, dan sebagainya.
Mengutip Pregnancy Baby Birth, stres kronis juga dapat menyebabkan masalah bagi bayi. Ini dapat mencakup pengaruh pada pertumbuhan bayi yang belum lahir dan lamanya kehamilan (gestasi). Stres kronis juga dapat meningkatkan akibat masalah pada perkembangan bentuk dan mental bayi di masa depan, serta masalah perilaku di masa kanak-kanak.
Seseorang yang stres, termasuk ibu mengandung mungkin tidak menyadarinya, apalagi mungkin menyangkal. Orang-orang di sekitarnya mungkin juga tak menyadarinya. Padahal, jika berlanjut, itu bakal berbahaya, Bunda.
Lalu, gimana langkah mengetahui ibu mengandung mengalami stres? Selain indikasi yang disebutkan di atas, penelitian baru dari Michigan State University menemukan tes air liur guna mendeteksi kondisi mental ibu hamil. Bagaimana caranya?
Kondisi mental ibu mengandung bisa terdeteksi dari air liur
Sekelompok peneliti dari Michigan State University menemukan bahwa jumlah dan jenis mikroba yang ada dalam air liur wanita mengandung berbeda-beda, tergantung pada apakah mereka mengalami stres hidup dan indikasi kecemasan, depresi, dan gangguan stres pascatrauma.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal BMJ Mental Health adalah yang pertama kali meneliti hubungan antara jenis dan jumlah mikroorganisme di mulut dan tenggorokan, yang juga dikenal sebagai mikrobioma oral, dan kesehatan mental ibu.
Penelitian ini melibatkan 224 ibu mengandung yang terdaftar dalam Studi Stres Prenatal Michigan yang dinilai untuk stres terkini dan indikasi kesehatan mental selama trimester kedua. Para wanita diminta untuk memberikan sampel air liur selama minggu penilaian.
Hasil penelitian menunjukkan mikrobioma oral bervariasi berasas apakah wanita tersebut melaporkan indikasi stres hidup, kecemasan, depresi, alias gangguan stres pascatrauma, yang juga disebut PTSD, selama penilaian, Bunda.
Hasil temuan menunjukkan mikrobioma yang ada di dalam mulut wanita dengan indikasi kekhawatiran alias depresi yang tinggi menunjukkan keragaman alfa yang tinggi, yang berfaedah mereka mencakup banyak jenis jenis mikroba yang datang pada tingkat yang relatif sama.
Sementara, mikrobioma oral wanita dengan tingkat indikasi PTSD yang tinggi sebaliknya menunjukkan keragaman beta yang tinggi, yang berfaedah jenis mikroba tertentu dalam air liur mereka sangat berbeda dari jenis yang ditemukan pada wanita dengan indikasi PTSD yang rendah.
Stres dan ciri-ciri kesehatan mental tertentu juga dikaitkan dengan tingkat jenis mikroba tertentu yang tinggi. Para peneliti mengatakan bahwa temuan mereka nantinya bisa digunakan untuk intervensi agar ibu mengandung terhindar dari stres apalagi depresi.
Joseph Lonstein, guru besar di Departemen Psikologi MSU dan peneliti utama dalam penelitian tersebut mengatakan bahwa kesehatan mental yang positif sangat krusial untuk kesejahteraan ibu dan keahlian mereka untuk merawat bayi dengan peka.
"Kami berambisi penelitian kami bakal merangsang penelitian di masa mendatang tentang gimana mikroba di dalam dan di tubuh kita, selain yang ada di saluran pencernaan kita yang sudah sering dipelajari, dikaitkan dengan kesehatan mental pada ibu dan apalagi orang yang bukan ibu," ujarnya, dikutip dari News Medical Net.
Tips menjaga kesehatan mental ibu hamil
Mengutip Medical News Today, langkah-langkah berikut dapat membantu orang mengelola stres selama kehamilan:
- Tetap segar dan sehat: Orang dapat konsentrasi pada makan makanan sehat, berolahraga secara teratur, dan tidur yang cukup.
- Ambil langkah-langkah untuk mengurangi ketidaknyamanan: Seseorang dapat berbincang dengan ahli kesehatan tentang mengurangi ketidaknyamanan kehamilan, seperti mual di pagi hari.
- Kurangi pekerjaan rumah tangga jika memungkinkan: Orang kudu meminta pasangan alias personil family untuk membantu pekerjaan rumah dan mendelegasikan tugas pekerjaan jika memungkinkan.
- Rencanakan ke depan: Jika seorang wanita mengandung bekerja, mereka dapat mempersiapkan diri dan majikan mereka untuk libur mengandung tepat waktu. Menulis daftar tugas dapat membantu.
- Jadwalkan kegiatan yang menenangkan: Jika memungkinkan, seseorang kudu menggunakan waktu rehat untuk bersantai. Mereka dapat merencanakan kegiatan untuk mengurangi stres, seperti yoga prenatal alias meditasi.
- Ikuti kelas prenatal: Mempelajari apa yang diharapkan selama kehamilan, persalinan, dan merawat bayi baru lahir dapat membantu meredakan kecemasan. Orang juga dapat mempelajari teknik relaksasi dan pernapasan.
- Hubungi pekerja sosial: Jika orang mempunyai masalah yang berangkaian dengan keadaan mereka, seperti kesulitan finansial alias perumahan, berbincang dengan pekerja sosial dapat membantu.
- Minta bantuan: Seseorang dapat memberi tahu pasangan, keluarga, alias teman-temannya tentang langkah terbaik untuk mendukung mereka selama kehamilan dan persalinan.
- Bergabunglah dengan komunitas: Orang-orang mungkin merasa terbantu untuk terhubung dengan orang lain yang mengalami situasi serupa. Ini dapat dilakukan melalui golongan pendukung alias jaringan kehamilan di tingkat lokal alias daring.
- Berbicaralah dengan ahli kesehatan: Jika seseorang kesulitan untuk mengatasinya, ahli kesehatan dapat membantu mereka mendapatkan support dan perawatan.
- Tangani depresi dan kecemasan: Depresi dan kekhawatiran dapat memicu stres. Dokter dapat menyarankan langkah untuk mengatasi kondisi ini, termasuk pengobatan.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Saksikan juga video berikut:
(pri/pri)