Jakarta -
Menyusui adalah momen krusial bagi perkembangan bayi dan ikatan emosional antara ibu dan anak. Namun, tidak semua bayi sama saat menyusui. Benarkan bayi di Jepang dan Denmark paling tenang dan rileks saat menyusu ASI?
Dikutip laman Irishtimes, sebuah kajian dari studi dunia tentang tangisan bayi, yang diterbitkan minggu ini dalam Journal of Pediatrics, menemukan bahwa bayi Denmark, Jepang, dan Jerman menangis paling sedikit.
Sementara Kanada dan Inggris berada di puncak daftar bayi yang paling sering menangis. Para peneliti juga menemukan bahwa bayi yang diberi ASI lebih banyak menangis jika dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula.
Studi yang dilakukan di Universitas Warwick ini mencakup informasi dari 8.690 bayi dan menemukan bahwa rata-rata lama tangisan adalah 117-133 menit selama enam minggu pertama kehidupan, yang kemudian menurun menjadi 68 menit saat mereka mencapai usia 10-12 minggu.
Studi ini membantah dugaan yang diyakini banyak orang tua, bahwa tangisan bayi memuncak pada usia enam minggu. Faktanya, bayi baru lahir menangis cukup intens selama enam minggu pertama, dan kemudian tangisan mulai berkurang.
Bayi di Kanada mempunyai tingkat kolik tertinggi alias kondisi bayi menangis tanpa henti selama berjam-jam dan tanpa argumen yang jelas. Bahkan didefinisikan sebagai tangisan yang tidak dapat dihibur selama lebih dari tiga jam sehari, setidaknya dalam tiga hari, selama tiga minggu berturut-turut.
Satu dari tiga bayi di Kanada mengalami kolik pada usia 3-4 minggu, sama dengan 28 persen bayi di Inggris, dan satu dari lima bayi mini di Italia. Hanya 5,5 persen bayi Denmark yang mengalami kolik. Sementara hanya 2 persen bayi Jepang yang mengalaminya dalam enam minggu pertama hidup mereka.
Faktor yang membikin bayi lebih tenang saat menyusu di Denmark dan Jepang
Bagaimana style pengasuhan anak dapat memengaruhi kebahagiaan bayi. Para peneliti memperkirakan bahwa, selain ragam genetik, faktor-faktor yang menyebabkan bayi di Jepang dan Denmark lebih tenang saat menyusu ASI.
Mulai dari kondisi ekonomi seperti berkurangnya kesenjangan sosial, hingga pola pengasuhan. Pengelolaan mungkin menjadi penyebab perbedaan bayi di Denmark dan Jepang lebih tenang saat menyusu.
Para orang tua di Denmark sering kali dianggap mempunyai pendekatan yang lebih sehat dan santuy dalam mengasuh anak, serta lebih memilih memberikan anak mereka apa yang disebut dalam kitab The Danish Way of Parenting sebagai perkembangan proksimal alias ruang untuk bertumbuh dan bereksplorasi.
Selain itu, ibu di Denmark lebih memilih untuk menidurkan anak-anak mereka di kereta bayi di luar, lantaran meyakini udaranya lebih bersih.
Menurut survei yang dilakukan pada 2008 di Finlandia dan diterbitkan dalam Journal of Circumpolar Health, bayi yang tidur siang di luar biasanya terlelap lebih lama sehingga mempunyai lebih sedikit kesempatan untuk menangis.
Pendekatan orang tua Denmark yang lebih santuy terhadap pengasuhan mungkin juga didukung oleh realita bahwa mereka mendapatkan libur melahirkan yang panjang dan tetap digaji. Bunda di Denmark berkuasa atas empat minggu libur hamil, diikuti dengan 52 minggu libur orang tua dengan bayaran, yang bisa dibagi antara orang tua.
Secara kontroversial, studi ini menemukan bahwa bayi yang diberi susu botol menangis lebih sedikit dibandingkan bayi yang disusui.
“Sampel yang mencakup bayi yang diberi susu botol alias campuran (susu ibu dan botol) mempunyai lama tangisan yang secara signifikan lebih rendah. Sebaliknya, sampel yang mencakup bayi yang disusui mempunyai lama tangisan yang secara signifikan lebih tinggi pada usia 3-4 minggu," tulis para peneliti.
Dikutip laman Theguardian, Jessica Joelle Alexander, mahir pengasuhan anak Denmark dan penulis The Danish Way of Parenting mengatakan tahun pertama kehidupan seorang anak dianggap sangat krusial di Denmark. Dan itu merupakan perspektif yang sangat berbeda dengan negara lain.
"Orang tua di Denmark jauh lebih sedikit stres lantaran mereka mendapatkan libur melahirkan dan libur ayah yang baik. Suasananya jauh lebih tenang dan, jika ibu mendapatkan lebih banyak waktu libur, itu sejalan dengan lebih sedikit stres, lebih banyak kontak, rutinitas yang baik, dan lebih sedikit menangis," tutur Alexander.
Selain itu, Alexander mengatakan di Denmark, seorang wanita berkuasa atas libur mengandung selama empat minggu. Bahkan sebelum bayinya lahir diikuti dengan 52 minggu libur berbayar yang dapat dibagi antara orang tua. "Ini adalah perihal yang biasa dilakukan di Denmark," katanya.
Begitulah ya Bunda argumen kenapa bayi Jepang dan Denmark yang paling tenang saat menyusu ASI. Semoga informasinya bermanfaat.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)