Kincai Media , JAKARTA -- Sahabat Rasulullah SAW, Umar bin Khattab, dikenal dengan perangainya yang keras dan tegas, terutama dalam medan jihad. Ia berjulukan al-Faruq. Maknanya, orang yang dapat membedakan kebenaran dari kebatilan, serta berjuang dalam menegakkan kebenaran dan memberantas kebatilan itu.
Bagaimanapun keras tabiatnya, Umar merupakan pribadi yang lemah lembut terhadap istri. Ia mencontoh Nabi Muhammad SAW. Sebab, Nabi SAW bersabda, "Sebaik-baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya."
Pernah suatu ketika, khalifah kedua itu hanya tak bersuara seribu bahasa saat dimarahi istrinya. Al-Faruq tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Demikian dikisahkan seorang sahabat Nabi SAW yang lain, Abu Dzar al-Ghifari.
Abu Dzar menuturkan, "Suatu hari, saya datang ke rumah Khalifah Umar untuk mengadukan tentang suatu hal. Saya mau meminta pendapatnya, apakah sebaiknya saya menceraikan istri saya yang tak sekali-dua kali marah-marah kepada saya.
Namun, saay saya mengetuk pintu rumah Umar, terdengar bunyi dari dalam. Rupanya, istri Umar sedang marah-marah kepada suaminya itu (Umar). Sementara, Umar tidak menjawab sepatah kata pun.
Maka, saya pun berpikir, sebaiknya pergi saja dan membatalkan niat saya ini (hendak meminta pertimbangan tentang rencana pisah --Red).
Belum jauh saya melangkah, Umar kemudian keluar dari pintu rumahnya. Ia pun memanggil saya dan berbicara 'Engkau datang kepadaku tentu hendak membawa suatu buletin penting.'
Saya katakan kepadanya, 'Aku datang kepadamu hendak mengadukan keburukan adab istriku kepadaku, tetapi setelah saya mendengar sikap lancang istrimu kepadamu dan engkau hanya tak bersuara saja, jadilah saya urung untuk melaporkan keadaanku.'
Saya lihat, Umar kemudian tersenyum, lampau berkata, 'Wahai saudaraku, istriku telah memasak makanan untukku, dia juga telah mencuci pakaianku, mengurus urusan rumahku, dan mendidik dan menyusui anak-anakku dan lain sebagainya. Padahal, semua itu bukan kewajibannya. Selain itu, dengan istriku saya merasa tenang lantaran bisa terhindar dari melakukan perbuatan yang haram. Maka, saya siap menanggung yang demikian itu.'
'Wahai Amirul Mukminin,' tanya saya, 'apakah saya juga kudu melakukan demikian terhadap istriku?'
'Benar,' jawabnya lagi, 'diamlah ketika dimarahi istrimu, lantaran apa yang dilakukannya tidak bakal lama.'"
Tentu saja, dalam perihal ini Umar al-Faruq pun mencontoh teladan Nabi Muhammad SAW.
Dalam memperlakukan istri-istrinya Rasulullah SAW bukan saja dengan kelembutan. Tak segan-segan Rasulullah saw mengerjakan perkerjaan mereka. Di antaranya mencuci pakaian.
'Aisyah umul mukminin mengisahkan, “Rasulullah SAW pernah mencuci busana jejak kami, lampau keluar untuk menunaikan shalat dengan busana tersebut, dan saya tetap memandang jejak cucian itu." (HR Bukhari Muslim).