KINCAIMEDIA, JAKARTA -- Secara kebahasaan, kurban berasal dari kata qurb nan berfaedah ‘dekat’ alias qurban yakni ‘kesempurnaan.’ Makna kurban, dengan demikian, adalah ‘kedekatan nan sempurna.’
Dalam Alquran, tiga kali kata qurban disebut, ialah pada surah Ali Imran ayat 183, al-Maidah ayat 27, dan al-Ahqaf ayat 28. Secara istilah, kurban adalah penyembelihan hewan tertentu nan dilakukan pada Idul Adha dan tiga hari sesudahnya (hari tasyrik), ialah tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ekspresi syukur
Di antara pelbagai hikmah berkurban adalah tanda kesyukuran. Kurban nan dilakukan seorang insan dengan niat tulus tulus mengharapkan ridha-Nya merupakan bukti nyata ekspresi syukur. Allah berfirman dalam surah al-Hajj ayat 37, artinya, “Supaya mereka menyebut nama Allah atas apa nan Allah karuniakan kepada mereka berupa hewan ternak.”
Surah al-Kautsar juga menekankan makna berkurban sebagai corak rasa syukur kepada Rabb semesta alam. Ayat kedua surah tersebut mengisyaratkan bahwa kurban sejajar dengan shalat. Saat menunaikan shalat, seorang Muslim mensyukuri segala nikmat-Nya. Sementara itu, kurban pun menjadi simbolisasi ungkapan terima kasih manusia kepada Allah Ta’ala.
Pengorbanan
Surah al-Kautsar memberikan perenungan bahwa di kembali penderitaan, ada nikmat tersembunyi. Secara lahiriah, manusia mungkin hanya memandang penderitaan sebagai ujian alias apalagi siksaan. Padahal, kekuatan nan besar dapat muncul jika seseorang sanggup menghadapinya dengan tulus dan sabar.
Hari Raya Idul Kurban pun merupakan simbol pengorbanan. Simaklah perbincangan Nabi Ibrahim AS kepada putranya, Nabi Ismail AS, usai dirinya menerima wahyu melalui mimpi.
“Wahai anakku, sesungguhnya saya memandang dalam mimpi bahwa saya menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?” “Hai bapakku, kerjakanlah apa nan diperintahkan kepadamu, insya Allah Anda bakal mendapatiku termasuk orang-orang nan sabar” (QS al-Shaffat:102).
Pelajaran nan dapat dipetik dari kisah Nabi Ibrahim berbareng anak dan istrinya itu adalah soal pengorbanan demi mencapai ridha Allah SWT.
Derajat takwa
Takwa berfaedah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, sesuai kadar keahlian diri. Berkurban pun merupakan suatu langkah menaati seruan Rasulullah SAW, “Barangsiapa nan mempunyai keluasan (harta) dan tak mau berkurban, maka janganlah mendekati tempat shalat kami!” Ibadah ini dapat menjadi bukti ketakwaan seorang hamba Allah.
“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak bakal sampai kepada Allah, tetapi nan sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar Anda mengagungkan Allah atas petunjuk nan Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah berita ceria kepada orang-orang nan melakukan baik” (QS al-Hajj:37).