Jakarta -
Bunda didiagnosis mempunyai ADHD dan sekarang sedang hamil? Ada beberapa tips menjalani kehamilan dengan lancar bagi Bunda yang ADHD. Simak yuk Bunda!
Kehamilan menjadi masa yang penuh tantangan, terutama bagi Bunda yang mempunyai attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Gejala ADHD dapat menjadi lebih sensitif terhadap perubahan hormonal selama kehamilan, termasuk setelah melahirkan.
Dalam kondisi ini, krusial bagi para ibu mengandung untuk memahami gimana perubahan hormon memengaruhi indikasi ADHD. Selain itu, Bunda juga perlu memahami langkah terbaik untuk mengelola kondisi tersebut agar kehamilan tetap lancar dan nyaman.
Mengutip Healthline, penelitian menunjukkan bahwa perubahan kadar estrogen dapat memengaruhi indikasi ADHD. Peningkatan hormon progesteron pada trimester pertama dapat memperburuk gejala, seperti susah berkonsentrasi, mudah lupa, dan merasa cemas.
Meski demikian, kadar estrogen bakal meningkat selama trimester kedua dan ketiga kehamilan. Selama masa ini sering kali bisa meredakan indikasi ADHD. Namun kadar estrogen bakal kembali menurun setelah melahirkan yang bisa membikin indikasi ADHD mungkin muncul kembali dengan intensitas lebih tinggi.
Selain aspek hormonal, penghentian penggunaan obat-obatan ADHD selama kehamilan juga dapat memperburuk gejala. Banyak master menyarankan untuk berakhir mengonsumsi obat ADHD tertentu lantaran akibat pada janin, meskipun relatif kecil.
Hal-hal di atas tentu bisa membikin Bunda penderita ADHD kewalahan saat menjalani kehamilan. Yuk buat kehamilan lebih nyaman dengan memahami beberapa tips di bawah ini.
Bisakah kehamilan memicu indikasi ADHD?
Hingga saat ini, belum ada bukti bahwa kehamilan dapat memicu ADHD. Namun bagi Bunda yang belum pernah didiagnosis ADHD sebelumnya, kehamilan bisa menjadi waktu yang tepat untuk mengenali gejalanya.
Gejala Bunda yang mungkin menderita ADHD seperti mudah teralihkan, susah fokus, alias resah yang meningkat selama trimester pertama. Ini sering kali menjadi argumen banyak ibu mengandung berkonsultasi dengan master yang kemudian berujung pada pemeriksaan ADHD.
Diagnosis ADHD umumnya dilakukan oleh ahli kesehatan mental melalui wawancara klinis dan skala penilaian perilaku, seperti brown attention-deficit disorder symptom assessment scale (BADDS) untuk dewasa. Jika Bunda merasa mengalami indikasi yang mencurigakan, krusial untuk berkonsultasi dengan master alias psikolog.
Tips menjalani kehamilan yang nyaman bagi Bunda dengan ADHD
Berikut tips yang bisa Bunda coba jalani selama kehamilan:
1. Mengonsumsi obat-obatan yang dianjurkan dokter
Pengelolaan ADHD selama kehamilan memerlukan pendekatan yang hati-hati. Meskipun obat-obatan seperti adderall alias ritalin efektif dalam mengatasi gejala, penggunaannya selama awal kehamilan dikaitkan dengan akibat abnormal lahir tertentu, seperti gastroschisis dan omphalocele.
Meski demikian, akibat tersebut sebenarnya dianggap minimal. Dokter tetap merekomendasikan penggunaan obat bagi pasien dengan ADHD sedang hingga berat asalkan diawasi secara ketat oleh tim medis.
Sebuah tinjauan tahun 2021 mencatat bahwa master tidak kudu selalu menyarankan ibu mengandung alias menyusui dengan ADHD sedang hingga berat untuk menghentikan pengobatan mereka. Jika Bunda sudah mengonsumsi obat sebelum hamil, jangan menghentikan penggunaannya tanpa konsultasi terlebih dulu dengan dokter.
Diskusikan akibat dan manfaatnya untuk memastikan kesehatan Bunda dan bayi tetap terjaga.
2. Terapi perilaku
Alternatif pengelolaan ADHD dapat mencakup terapi perilaku, strategi manajemen waktu, alias teknik mindfulness untuk membantu mengatasi indikasi tanpa akibat terhadap janin. Bunda juga mungkin perlu terapi setelah melahirkan.
Setelah menjalani persalinan, penurunan kadar estrogen dapat menyebabkan indikasi ADHD kembali meningkat. Hal ini sering kali disertai dengan penurunan kadar dopamin yang berpotensi memicu indikasi depresi, termasuk suasana hati yang jelek alias rendahnya rasa percaya diri.
Dalam situasi ini, krusial untuk membangun sistem pendukung, baik dari family maupun ahli kesehatan. Terapkan strategi sederhana seperti membikin daftar tugas harian, menggunakan pengingat, dan membagi tanggung jawab rumah tangga dengan pasangan.
Jangan ragu untuk membicarakan apa yang Bunda rasakan dengan tim medis agar dapat menemukan solusi terbaik.
Bagi Bunda dengan ADHD, kehamilan memang bisa menjadi perjalanan yang menantang, namun bukan berfaedah tidak dapat dijalani dengan lancar. Semoga tips di atas bisa membantu ya Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)