Titik Tolak Imam Hanafi Fokus Ke Ilmu, Bukan Berdagang

Jan 14, 2025 09:00 AM - 3 bulan yang lalu 116529

KincaiMedia, JAKARTA --  Pada awalnya Imam Hanafi hanya konsentrasi pada profesinya sebagai seorang pedagang. Ia sering ke pasar-pasar dan jarang pergi menemui para ulama.

Sampai suatu ketika ada ustadz yang mengetahui kepintaran dan kejeniusannya. Ulama tersebut tidak mau Imam Hanafi menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk berbisnis saja.

Ia pun menasihati Imam Hanafi sering belajar kepada ustadz sebagaimana dia sering pergi ke pasar. Imam Hanafi menceritakan:

"Suatu hari saya melintas di depan Amir Asy Sya'bi yang sedang duduk. Dia memanggilku dan menanyaiku, 'Mau ke mana?"

"Ke pasar," jawabku.

"Bukan, maksudku kepada siapa Anda belajar ilmu?'

"Aku jarang melakukannya."

"Jangan teruskan! Pelajarilah ilmu! Anda punya otak yang pandai dan minat yang kuat."

"Karena terkesan oleh perkataan Asy Sya'bi, saya berakhir pergi ke pasar dan mulai konsentrasi mempelajari ilmu, hingga saya menjadi seperti sekarang ini."

Imam Hanafi kemudian konsentrasi belajar kepada para ustadz dan sangat jarang pergi ke pasar. Namun, perihal ini tak berfaedah dia meninggalkan pekerjaan pedagang secara total. Semabali menjalani profesinya sebagai pedagang, Imam Hanafi berusaka keras memahami nash, menetapkan kaidah, dan menyimpulkan hukum.

Untuk diketahui, sebelum belajar kepada ulama, Imam Hanafi adalah seorang pedagang lantaran ayahnya seorang pedagang. Dan, dia tetap menjalani profesinya ini seumur hidupnya.

Profesi pedagang ini membuatnya mahir membikin kaidah-kaidah fikih yang mengenai dengan perdagangan berasas dalil-dalil kepercayaan yang kuat. Abu Bakas Ash Shiddiq RA adalh teladan Imam Hanafi dalam berdagang, bergaul, bertakwa, dan mencari untung yang halal.

Imam Hanafi lahir pada tahun 80 Hijriyah (H) bertepatan dengan 699 Masehi (M) di sebuah kota berjulukan Kufah. Sejatinya, nama Imam Hanafi adalah Nu'man bin Tsabit bin Marzaban Al-Farisi yang bergelar Al-Imam Al-A'zham.

Saat tetap kecil, Imam Hanafi biasa ikut rombongan pedagang minyak dan kain sutra. Bahkan, dia mempunyai toko untuk berbisnis kain.

Dalam perjalanan waktu, Imam Hanafi yang dikenal sebagai orang yang haus bakal pengetahuan pengetahuan, khususnya dalam pengetahuan agama, menjadi seorang mahir dalam bagian pengetahuan fikih dan menguasai bebagai bagian pengetahuan kepercayaan lain, seperti pengetahuan tauhid, pengetahuan kalam, pengetahuan hadis, serta pengetahuan kesusasteraan dan hikmah. Tak sebatas menguasai banyak ilmu, dia juga dikenal dapat menyelesaikan masalah-masalah sosial keagamaan yang rumit.

Selengkapnya