Ubisoft Buka Kode Chroma, Alat Bantu Buta Warna Untuk Game

Apr 15, 2025 07:44 AM - 4 hari yang lalu 4867

Pernahkah Anda bermain game dan tiba-tiba kesulitan membedakan warna tertentu? Bagi sebagian orang, ini bukan sekadar masalah preferensi, melainkan halangan nyata akibat kondisi buta warna. Ubisoft, raksasa game di kembali franchise seperti Assassin’s Creed dan Far Cry, baru saja mengambil langkah besar untuk menjawab tantangan ini.

Dalam industri yang semakin sadar bakal inklusivitas, aksesibilitas bukan lagi sekadar fitur tambahan, melainkan kebutuhan mendasar. Data dari Colour Blind Awareness menunjukkan, sekitar 1 dari 12 laki-laki dan 1 dari 200 wanita di bumi mengalami buta warna. Bayangkan berapa banyak pemain yang mungkin kesulitan menikmati game lantaran kreasi warna yang tidak ramah.

Ubisoft memecahkan kebekuan dengan merilis Chroma sebagai proyek open-source. Alat ini bukan sekadar terobosan teknis, melainkan bukti komitmen terhadap gaming yang lebih inklusif. Mari selami lebih dalam gimana Chroma bisa menjadi game-changer bagi developer dan pemain.

Chroma: Mata Ketiga bagi Developer Game

Chroma bukanlah perangkat ajaib yang langsung “menyembuhkan” masalah buta warna dalam game. Fungsinya lebih mirip seperti kaca pembesar yang memungkinkan developer memandang game melalui lensa berbeda—tepatnya, lensa para pemain buta warna.

Tool ini bekerja dengan menerapkan filter real-time yang mensimulasikan beragam jenis buta warna:

  • Deuteranopia (kesulitan membedakan hijau-merah)
  • Protanopia (persepsi merah terganggu)
  • Tritanopia (kesulitan dengan biru-kuning)

Yang membikin Chroma spesial adalah integrasinya yang mulus dengan workflow pengembangan. Developer bisa mengaktifkan filter hanya dengan hotkey, tanpa perlu keluar dari game. Bahkan performa game tetap optimal lantaran filter ini dirancang untuk tidak membebani sistem.

Teknologi di Balik Layar

Chroma dibangun berasas algoritma Color Oracle yang sudah teruji, tetapi Ubisoft memberinya sentuhan unik untuk kebutuhan gaming. Tool ini mendukung setup layar tunggal maupun ganda—solusi sempurna bagi studio yang menggunakan monitor terpisah untuk debugging.

Fitur overlay yang bisa disesuaikan memungkinkan tester mengubah parameter seperti:

  • Intensitas filter
  • Tipe buta warna yang disimulasikan
  • Transparansi overlay

Dalam demo yang dirilis Ubisoft, terlihat jelas gimana komponen game seperti petunjuk arah alias musuh yang semula “tersamar” lantaran warna, langsung terlihat bermasalah begitu filter diaktifkan.

Efek Rantai di Industri Game

Langkah Ubisoft ini bukan terjadi dalam vakum. Beberapa bulan sebelumnya, EA juga membuka paten aksesibilitas mereka untuk umum. Tapi Chroma punya karakter lantaran spesifik dirancang untuk kebutuhan game—sektor di mana warna sering menjadi komponen kritis gameplay.

Dengan menjadikan Chroma open-source, Ubisoft seolah melempar tantangan kepada seluruh industri: “Kami sudah mulai, sekarang giliran Anda.” Ini strategi pandai karena:

  1. Komunitas open-source bisa berkontribusi menyempurnakan tool
  2. Studio mini dengan budget terbatas tetap bisa mengaksesnya
  3. Standar aksesibilitas industri bakal terdorong naik bersama

Seorang developer indie yang kami hubungi mengaku antusias: “Selama ini kami kudu berjuntai pada software umum yang tidak selalu cocok untuk game. Chroma seperti jawaban dari langit.”

Di tengah maraknya obrolan tentang representasi dalam game, aksesibilitas sering menjadi anak tiri. Ubisoft dengan Chroma-nya mengingatkan kita bahwa inklusivitas bukan hanya tentang siapa yang tampil di layar, tapi juga siapa yang bisa menikmati apa yang ada di layar tersebut.

Tool ini sekarang tersedia cuma-cuma di GitHub. Bagi Anda yang penasaran mau mencoba alias berkontribusi, langkah pertama menuju gaming yang lebih inklusif hanya berjarak satu klik.

Selengkapnya