Wahai Para Ayah, Belajarlah Dari Luqman!

Feb 11, 2025 04:48 PM - 1 bulan yang lalu 24688

KincaiMedia, JAKARTA -- Alquran menuturkan keteladanan sejumlah tokoh. Seorang di antaranya adalah Luqman atau kerap disebut Luqman al-Hakim.

Tokoh ini diceritakan dalam Alquran karena kearifannya dalam mendidik anak. Sebagian master tafsir dan mahir sejarah meyakini, Luqman adalah seorang hamba Allah berkulit hitam. Tak hanya saleh, dia pun merupakan mahir hikmah.

"Dan sungguh telah Kami berikan hikmah kepada Luqman yaitu, 'Bersyukurlah kepada Allah. Dan peralatan siapa berterima kasih (kepada Allah), maka sesungguhnya dia berterima kasih untuk dirinya sendiri, dan peralatan siapa tidak berterima kasih (kufur) maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji'" (QS Luqman: 12).

Ayat tersebut menunjukkan nasihat Luqman kepada anaknya. Ia mengingatkan, sungguh Allah Mahakaya, tidak memerlukan hamba-hamba-Nya. Allah tidak kekurangan meski manusia tidak mensyukuri nikmat-nikmat-Nya.

Seandainya semua masyarakat bumi ingkar kepada nikmat-Nya, sesungguhnya Dia tidak berjuntai pada apa pun makhluk-Nya. Tidak ada Tuhan selain Dia. Setiap makhluk berjuntai kepada-Nya.

"Dan (ingatlah) ketika Luqman berbicara kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, 'Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah betul kezaliman yang besar.'" (QS Luqman: 13).

Syirik pada hakikatnya adalah merendahkan martabat Allah. Syirik menyetarakan Allah dengan makhluk. Betapa dalam makna nasihat Luqman pada anaknya yang mengajarkan agar jangan menyekutukan Allah.

Dr Adian Husaini dalam kitab Pendidikan Islam menjelaskan, inilah etika yang pertama kali kudu ditanamkan oleh seorang ayah kepada anaknya. Yakni, etika kepada Allah SWT.

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar melakukan baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada orang tuamu. Hanya kepada-Ku kembalimu." (QS Luqman: 14).

Setelah itu, Luqman menasihati agar anaknya beradab kepada orang tua, khususnya kepada ibunya. Itu dilakukan tanpa meninggalkan etika yang pertama.

"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku (Allah) dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di bumi dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanyalah kepada-Ku tempat kembalimu, maka bakal Aku beritahukan kepadamu apa yang telah Anda kerjakan." (QS Luqman: 15).

Dalam rangkaian pelajaran mengenai akidah, ada bab toleransi yang kudu selalu dipatuhi oleh seorang anak meski orang tuanya bukanlah Muslim. Meski anak itu dilarang untuk menaati keduanya jika memaksa mempersekutukan Allah, hubungannya dengan orang tua jangan sampai rusak.

Selengkapnya