‘Warfare’ disutradarai berbareng oleh Ray Mendoza—mantan Navy SEAL—dan Alex Garland, yang sebelumnya dikenal melalui movie ‘Ex Machina’ dan ‘Civil War’. Film ini didasarkan pada pengalaman nyata Mendoza selama Perang Irak, khususnya kejadian pada 19 November 2006 di Ramadi.
Dengan pendekatan real-time dan narasi yang diambil langsung dari kesaksian personil tim, ‘Warfare’ menawarkan pengalaman sinematik yang visceral dan mendalam tentang kekacauan perang modern.
Cerita berfokus pada tim Navy SEAL Alpha One, yang ditugaskan untuk mengamankan posisi strategis di Ramadi. Misi yang awalnya tampak rutin segera berubah menjadi pertempuran sengit ketika mereka diserang oleh pasukan musuh.
Film ini menggambarkan perjuangan tim dalam memperkuat hidup, menghadapi serangan tanpa henti, dan mencoba menyelamatkan rekan-rekan mereka yang terluka. Dengan lama 95 menit, narasi disajikan secara real-time, meningkatkan ketegangan dan imersi penonton dalam situasi yang dihadapi para prajurit.
Naskah yang ditulis oleh Mendoza dan Garland menekankan pada keaslian dan perincian prosedural militer. Dialog antar karakter terasa alami dan mencerminkan dinamika tim di medan perang. Namun, konsentrasi pada aspek teknis dan operasional terkadang mengorbankan pengembangan karakter yang lebih dalam. Beberapa kritikus mencatat bahwa kurangnya latar belakang dan motivasi pribadi dari para prajurit membikin penonton susah untuk sepenuhnya terhubung secara emosional dengan mereka.
Sinematografi oleh David J. Thompson sukses menangkap kekacauan dan intensitas pertempuran urban. Penggunaan kamera genggam dan perspektif pandang sempit menciptakan rasa claustrophobia dan urgensi. Desain bunyi yang mendetail, termasuk bunyi tembakan, ledakan, dan komunikasi radio, menambah realisme dan membikin penonton seolah-olah berada di tengah-tengah pertempuran.
D’Pharaoh Woon-A-Tai memerankan Ray Mendoza dengan performa yang kuat, menggambarkan ketegangan dan determinasi seorang prajurit di medan perang. Will Poulter sebagai Erik, pemimpin tim, menunjukkan kepemimpinan yang tegas namun manusiawi. Charles Melton, Joseph Quinn, dan Cosmo Jarvis juga memberikan penampilan yang meyakinkan, menambah kedalaman pada dinamika tim. Namun, lantaran konsentrasi movie pada tindakan dan prosedur militer, pengembangan karakter perseorangan terasa terbatas.
Tema dan Pesan Moral
‘Warfare’ menyoroti realitas sadis perang modern, tanpa glorifikasi alias romantisasi. Film ini menampilkan akibat psikologis dan bentuk yang dialami oleh para prajurit, serta keputusan susah yang kudu mereka ambil dalam situasi ekstrem. Namun, beberapa kritikus beranggapan bahwa movie ini kurang memberikan konteks politik dan sosial dari bentrok yang digambarkan, serta minimnya representasi dari perspektif penduduk sipil Irak.
‘Warfare’ adalah movie perang yang intens dan realistis, menawarkan pengalaman sinematik yang mendalam tentang kekacauan dan ketegangan di medan tempur. Dengan sinematografi yang kuat dan penampilan akting yang solid, movie ini sukses membawa penonton ke dalam pengalaman prajurit di garis depan. Namun, kurangnya pengembangan karakter dan konteks yang lebih luas membikin movie ini terasa lebih sebagai rekonstruksi peristiwa daripada eksplorasi mendalam tentang perang dan dampaknya.
Sebuah representasi perang yang mentah dan intens, ‘Warfare’ menawarkan pandangan yang jujur tentang realitas medan tempur, meskipun bisa mendapatkan faedah dari eksplorasi karakter dan konteks yang lebih dalam.