Worldcoin Kumpulkan 500.000 Data Retina Warga Indonesia, Komdigi Bereaksi

May 10, 2025 03:04 PM - 1 minggu yang lalu 16899

Bayangkan, dalam hitungan bulan, lebih dari separuh juta penduduk Indonesia dengan sukarela memberikan informasi biometrik paling sensitif mereka—retina mata—kepada sebuah perusahaan asing. Fakta mengejutkan ini terungkap dalam konvensi pers Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) pada Jumat (9/5/2025), yang menyebut Tools for Humanity (TFH), pengelola Worldcoin, telah mengumpulkan informasi retina dari 500.000 lebih perseorangan di Tanah Air.

Worldcoin, proyek identitas digital berbasis blockchain yang digadang-gadang sebagai solusi masa depan, rupanya menyimpan praktik pengumpulan informasi yang memicu tanda tanya besar. Bagaimana bisa sebuah perusahaan asing dengan leluasa mengumpulkan informasi biometrik penduduk Indonesia? Apa sebenarnya tujuan di kembali pengumpulan informasi retina ini? Dan yang paling krusial—seberapa kondusif informasi sensitif tersebut?

Alexander Sabar, Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menerima laporan masyarakat tentang kegiatan mencurigakan Worldcoin. “Kami mendapatkan kejuaraan publik mengenai hadiah duit untuk pemindaian retina,” ujarnya. Respons sigap pun diambil: izin sementara TFH sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) langsung dibekukan.

Menguak Praktik Pengumpulan Data Biometrik

Pertemuan antara Komdigi dan perwakilan TFH pada Rabu (7/5/2025) mengungkap kebenaran mencengangkan. Perusahaan tersebut mengakui telah memindai dan menyimpan kode retina lebih dari 500.000 orang Indonesia. “Semua kegiatan pemindaian retina sekarang telah dihentikan, termasuk operasi enam mitra lokal mereka,” tegas Alexander.

Yang menjadi pertanyaan: kenapa retina? Tidak seperti sidik jari alias wajah, retina mempunyai tingkat karakter yang sangat tinggi dan nyaris mustahil dipalsukan. Teknologi pemindaian retina sendiri bukan perihal baru—beberapa perangkat seperti Galaxy Note 4 pernah mengusung fitur serupa untuk keamanan perangkat. Namun, skalanya tidak pernah sebesar ini.

Insentif Uang Tunai: Jerat alias Solusi?

Salah satu aspek pendorong tingginya partisipasi penduduk adalah hadiah duit tunai yang ditawarkan—konon mencapai Rp 800.000 per pemindaian. Di tengah tekanan ekonomi, tawaran ini seumpama angin segar bagi banyak orang. Namun, apakah kita betul-betul menyadari nilai sebenarnya dari informasi biometrik kita?

Alexander Sabar menggarisbawahi bahwa Komdigi sedang meninjau kebijakan privasi TFH secara menyeluruh. “Fokus utama kami adalah perlindungan informasi biometrik, termasuk tanggung jawab norma antar entitas dalam ekosistem TFH,” jelasnya. Pertanyaan besar lainnya adalah gimana perlindungan informasi anak di bawah umur, mengingat tidak ada verifikasi ketat dalam proses pemindaian.

Masa Depan Identitas Digital di Indonesia

Worldcoin bukan sekadar proyek pemindaian retina. Mereka mengusung World ID—sistem identitas digital dunia yang diklaim bisa membedakan manusia original dan bot di era AI. Namun, gimana ini berasosiasi dengan sistem identitas digital nasional Indonesia? Komdigi meminta penjelasan mendetail dari TFH tentang perihal ini.

Teknologi identitas biometrik sendiri sebenarnya mempunyai potensi besar. Seperti pada iPad Pro 11 inci dengan Liquid Retina Display, alias iPhone SE generasi terbaru yang mengusung keamanan biometrik canggih. Namun, ketika skalanya melibatkan jutaan informasi sensitif penduduk suatu negara, izin ketat absolut diperlukan.

Komdigi menjanjikan kajian teknis menyeluruh terhadap aplikasi Worldcoin dan kebijakan privasi TFH. Hasil pertimbangan ini bakal menentukan nasib jasa Worldcoin di Indonesia ke depan. Satu perihal yang pasti: perlindungan informasi pribadi penduduk Indonesia kudu menjadi prioritas utama.

Selengkapnya