Review Buku Murambi, Buku Tentang Tulang Belulang Karya Boubacar Boris Diop

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Grameds, mungkin di antara kalian sudah mengetahui bahwa akhir-akhir ini, rumor genosida sedang ramai dibahas oleh masyarakat dunia. Peperangan antara dua negara nan tetap berjalan itu membikin masyarakat bumi prihatin, dan memandang bahwa genosida sedang dilancarkan oleh pihak mereka. Ternyata, kasus genosida sudah menjadi perhatian dari dulu. Tidak terhitung berapa banyak korban nan sudah terbunuh akibat genosida, siapapun pelakunya kita tidak boleh membenarkan genosida.

Murambi, Buku Tentang Tulang Belulang

button cek gramedia com

Buku “Murambi, Buku tentang Tulang Belulang” merupakan karya Boubacar Boris Diop. Ini adalah kitab nan mengangkat cerita nyata mengenai genosida nan terjadi di Rwanda pada tahun 1994. Lewat narasi nan penuh dengan perspektif pandang berbeda dan lompatan waktu, Diop membawa pembaca merasakan kehidupan sehari-hari masyarakat Rwanda pada waktu sebelum, selama, dan setelah genosida. Ia bakal mengeksplorasi rumitnya masalah identitas, perbedaan etnis, dan perspektif pandang sejarah nan terkadang berbeda antara tiap orang nan berbeda.

Buku dengan 268 laman nan diterbitkan Penerbit Shira Media pada 7 Agustus 2023 ini merupakan jenis terjemahan dalam Bahasa Indonesia, dari kitab berjudul Murambi, le livre des ossements nan diterbitkan di Paris pada tahun 2000. Buku ini bakal membahas tentang tragedi menyesakkan nan menjadi sejarah dunia. Yuk kita pelajari berbareng sejarah bumi ini, Grameds! Baca ulasan ini sampai selesai ya!

Profil Boubacar Boris Diop – Penulis Buku Murambi, Buku Tentang Tulang Belulang

Boubacar Boris Diop, seorang penulis novel, esai, dan penulis wartawan kelahiran Dakar, Senegal, Afrika. Boubacar lahir pada tanggal 26 Oktober 1946. Dia menempuh pendidikan di bagian pengetahuan sastra dan makulat di Universitas Dakar, di mana dia terpapar pada pemikiran progresif tokoh-tokoh seperti Karl Marx, Frantz Fanon, Cheikh Anta Diop, Mao Zedong, Mongo Beti, dan Amilcar Cabral.

Boubacar sudah banyak menulis karya tulis, karya-karyanya nan terkenal meliputi Le temps de Tamango (1981), nan meraih Prix du bureau sénégalais du droit d’auteur, Les tambours de la mémoire (1990), nan meraih Grands Prix de la République du Sénégal pour les lettres, Le Cavalier et son ombre (1997), nan meraih Prix Tropiques 1998, dan Murambi, le livre des ossements (2000), nan meraih Neustadt Award 2022.

Selain menjadi penulis, Boubacar juga ikut terlibat dalam penulisan untuk bumi perfilman dan teater, serta memberikan sumbangsih pada beragam media, termasuk Internazionale dan Chimurenga. Sejak tahun 2003, dia memilih untuk lebih konsentrasi menulis novel dalam bahasa Wolof daripada bahasa Prancis. Keputusan ini merupakan ekspresi dari sikap politiknya nan menentang kekuasaan bahasa Prancis di Afrika. Beberapa karyanya nan ditulis dalam bahasa Wolof antara lain adalah Doomi Golo (2003) dan Bàmmelu Kocc Barma (2017).

Sinopsis Buku Murambi, Buku Tentang Tulang Belulang

Murambi, Buku Tentang Tulang Belulang

button cek gramedia com

Buku ini dimulai dengan cerita tentang Profesor Cornelius Uvimana dari Rwanda. Setelah meninggalkan negaranya selama beberapa tahun, dia akhirnya kembali untuk mengunjungi seseorang nan diyakini sebagai kerabat satu-satunya nan tetap hidup di sana. Seorang om nan banget sangat dia sayangi. Selama ini, Cornelius tinggal di Djibouti, dia hanya mendengar tentang pembunuhan mengerikan nan terjadi di negaranya sendiri lantaran tidak kondusif baginya untuk kembali dan membantu keluarganya. Kembalinya tidak hanya untuk berjumpa dengan pamannya, tetapi juga untuk mencoba menyembuhkan kehancuran dalam keluarganya dan organisasi etnisnya, serta untuk menulis sebuah drama tentang akibat genosida.

Diop, seorang penulis politik non-fiksi terkenal, memainkan peran nan sangat krusial dalam struktur dan pengembangan novel ini berkah pengalamannya dalam menulis tentang peristiwa politik nan bersejarah. Dalam narasi nan ditulis sembari menggambarkan tokoh Cornelius, Diop mengeksplorasi cerita fiksi nan terinspirasi dari kekejaman nyata genosida Rwanda, dalam bukunya Diop menggambarkan penderitaan mereka nan menjadi korban. Melalui novel ini, Diop mempunyai tujuan untuk menggambarkan dan menceritakan ketegangan nan ada antara golongan etnis Hutu dan Tutsi, serta aspek politik nan memicu genosida tersebut. Kisah-kisah ini menunjukkan kengerian nan sesungguhnya dari peristiwa nan ditulis oleh Diop (dan karakternya, Cornelius).

Ketika Cornelius tiba di Rwanda, dia berjumpa dengan pamannya dan memulai perbincangan tentang family dan tragedi nan terjadi selama genosida. Awalnya, Cornelius menduga bahwa ayahnya menjadi korban pemerintah lantaran kritik terhadap mereka. Namun, pamannya mengungkapkan kebenaran nan mengejutkan: Ayah Cornelius, nan merupakan seorang Hutu, sebenarnya bertanggung jawab atas pembantaian di kampung laman Cornelius di Murambi. Pembantaian itu mengakibatkan kematian 50.000 hingga 60.000 orang di sebuah sekolah teknik di kota tersebut, termasuk ibu dan kerabat kandung Cornelius.

Cornelius terkejut dan terpukul saat mengetahui bahwa ayahnya adalah pelaku kekejaman tersebut. Ia menyadari bahwa ayahnya melarikan diri dari Rwanda untuk menghindari tanggung jawab atas perbuatannya nan mengerikan. Cornelius merasa terkejut dan hancur ketika mengetahui bahwa dia adalah anak dari seorang pembunuh dan pengecut. Saat kembali ke Murambi, Cornelius merenungkan pengalaman menemukan kebenaran tentang keluarganya dan tentang peristiwa traumatis selama genosida.

Kelebihan dan Kekurangan Buku Murambi, Buku Tentang Tulang Belulang

Murambi, Buku Tentang Tulang Belulang

button cek gramedia com

Pros & Cons

Pros

  • Penekanan karakter sangat bagus.
  • Cerita dalam kitab ini didasarkan pada kejadian nan sesungguhnya terjadi.
  • Pembawaan narasi, tema dan bentrok sukses dibuat dengan sangat baik.

Cons

  • Bahasan rumit nan mungkin membingungkan.
  • Bisa memicu trauma.

Kelebihan Buku Murambi, Buku Tentang Tulang Belulang

Murambi, Buku Tentang Tulang Belulang

button cek gramedia com

Buku Murambi, Buku Tentang Tulang Belulang karya Boubacar Boris Diop mempunyai beberapa kelebihan nan menjadikannya menjadi salah satu kitab best seller hingga 24 tahun sejak diterbitkannya. Novel ini mengeksplorasi tema bahasa nan susah dan cukup tabu, termasuk kejahatan terhadap kemanusiaan, trauma, dan bentrok nan merusak masyarakat. Namun, di tengah-tengah kengerian genosida, Diop sukses memancarkan kilau angan dan keberanian di antara karakter-karakternya, semua ini dapat terjadi lantaran penekanan karakter nan baik dari Diop, melalui ceritanya dia sukses menggambarkan kerja keras tokoh-tokoh nan ada di dalam bukunya untuk membangun kembali kehidupan mereka dan mencari langkah untuk hidup berbareng di bumi nan sudah penuh dengan kekacauan ini.

Dalam kitab ini, Boris Diop mengangkat kisah genosida  Rwanda melalui beragam perspektif pandang, termasuk dari perspektif korban, pelaku, gerilyawan FPR, militer Prancis, dan apalagi seorang keturunan pelaku nan terus-menerus dihantui oleh rasa bersalah meskipun sebenarnya tidak terlibat dalam kejadian tersebut. Dia menggunakan konsep nan dikenal sebagai narasi polifoni, di mana banyak narator digunakan untuk menggambarkan kompleksitas kejadian tertentu. Dalam corak penceritaan polifoni, beragam karakter dengan perspektif pandang nan berbeda-beda di dalam novel tersebut menyampaikan perspektif pandang mereka masing-masing tentang peristiwa nan sama, sehingga struktur narasi terfragmentasi.

Pendekatan ini berbeda dengan penggunaan narator tunggal nan serba tahu nan biasanya ditemukan dalam karya sastra klasik. Diop memperkenalkan sejumlah narator sekunder nan saling berdialog, melengkapi, alias apalagi bertentangan satu sama lain. Melalui narasi polifoni ini, Boris Diop menyampaikan kembali tragedi genosida Rwanda sebagai suatu kejadian nan kompleks dan betul-betul terjadi, dengan konsentrasi utama pada rumor trauma dan politik internasional.

Karena kitab ini ditulis berasas kejadian original di bumi nan betul-betul terjadi, pembaca bakal merasakan atmosfer kengerian nan nyata saat membaca dan membayangkan apa nan ada di kitab ini, menjadikannya pengalaman membaca nan sangat berkesan. Pembaca kemudian bakal bisa merasakan beragam emosi seperti nan dirasakan para tokoh dan saksi kejadian ini.

Kekurangan Buku Murambi, Buku Tentang Tulang Belulang

Murambi, Buku Tentang Tulang Belulang

button cek gramedia com

Jika di atas tadi sudah dibahas tentang kelebihan kitab Murambi, Buku Tentang Tulang Belulang, bagian ini bakal menyampaikan beberapa kekurangan dari kitab ini. Kekurangan nan ditemukan pada kitab ini, ialah rumitnya pembahasan nan diangkat oleh kitab ini, sehingga mungkin membingungkan beberapa orang. Juga, kitab ini mungkin dapat membuka luka lama alias apalagi memicu trauma sebagian orang nan terlibat dalam kasus ini, dalam makna mempunyai kenalan nan menjadi korban kasus ini alias kasus kekerasan lainnya.

Nah Grameds, itu dia sinopsis, ulasan, dan pesan moral dari kitab Murambi, Buku Tentang Tulang Belulang karya Boubacar Boris Diop. Yuk kita kenali sejarah bumi nan turut memengaruhi perkembangan bumi ini dengan membaca kitab ini nan tersedia hanya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan info dan produk terbaik untuk kamu.

Penulis: Gabriel

Rekomendasi Buku

De Java Oorlog: Rangkuman Kronik Perang Jawa 1825-1830

 Rangkuman Kronik Perang Jawa 1825-1830

button cek gramedia com

Apa nan menyebabkan Pangeran Diponegoro melawan takhta Mataram hingga memicu perang besar dalam sejarah Jawa sebagai “Perang Jawa 1825-1830″? Apa pula nan menyebabkan beberapa pengikut Diponegoro satu per satu menyerahkan diri kepada pihak asing (VOC)? Apa argumen sang pangeran—pada akhirnya—menyerahkan diri hingga dibuang ke Makassar? Siapakah Pangeran Diponegoro, nan sosoknya dimitoskan sebagai 11 messiah” dari tanah Jawa, dan menginspirasi perang kemerdekaan dalam Masa Revolusi Fisik di kemudian hari?

Buku ini merupakan satu dari sekian bagian tentang tahta Mataram Islam, terutama sejak Perjanjian Giyanti nan memecah Mataram menjadi Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Fragmen inilah nan banyak disorot sejarawan, terutama sepak terjang sang Pangeran sebagai seorang “messiah” tanah Jawa. Kronik Perang Jawa 1825-1830 ini diinisiasi oleh Pangeran Diponegoro sebagai misi jihad melawan tirani asing nan menginjak kehormatan kepercayaan dan kedaulatan negara, terutama sejak intervensi mereka terhadap suksesi takhta Mataram.

Kronik Perang Dunia I 1914-1918

Kronik Perang Dunia I 1914-1918

button cek gramedia com

Perang Dunia I, adalah salah satu peristiwa besar bumi dan menjadikan bentrok paling mematikan dalam sejarah dunia. Perang besar alias The Great War, nan pada akhirnya melibatkan banyak negara dalam peperangan itu. Pun, negara-negara nan terlibat dengan sendirinya masuk dalam polarisasi kekuatan, antara memihak blok Poros alias blok Sekutu. Umumnya dengan mempertimbangkaan kepentingan dan ancaman terhadap negara-negara tersebut.

Blok Poros (Central Power) terdiri atas Jerman, Austria, Hungaria, Bulgaria dan Turki Utsmani. Sementara blok Sekutu, dipimpin tiga negara Eropa nan dikenal dengan Triple Entente, nan terdiri dari Inggris, Prancis, dan Rusia. Peperangan antara keduanya pada awalnya hanya di wilayah Eropa dan Balkan. Tetapi kemudian merembet ke beragam tempat, terutama di wilayah-wilayah jajahan negara-negara Eropa nan terlibat pertikaian, seperti Afrika, Timur Tengah dan Asia pasifik.

Dao De Jing: The Wisdom of Lao Zi

 The Wisdom of Lao Zi

button cek gramedia com

Tidak ada musibah nan lebih besar daripada meremehkan musuh. Tidak ada musibah nan lebih besar daripada merasa diri belum cukup. Tidak ada ancaman nan lebih besar daripada keserakahan. Perjalanan jauh ribuan mil dimulai dari langkah pertama. Merasa diri sudah cukup, itulah orang kaya. nan lemah dapat mengalahkan nan kuat. nan lembut bisa menaklukkan nan keras. Bersikaplah merendah laksana air. (Lao Zi).

Lima ratus tahun sebelum Kristus, di benua Asia telah dilahirkan tiga tokoh filsuf besar, Lao Zi (±) dan Konfusius di daratan Tiongkok, serta Buddha Siddhartha Gautama di India. Lao Zi, pengarang Dao De Jing, diperkirakan lahir pada tahun 570 SM. Dia adalah ahli filsafat dan filsuf terbesar pertama dalam sejarah klasik Tiongkok kuno. Lao Zi kira-kira 20 tahun lebih tua daripada Konfusius.

Sumber:

https://www.supersummary.com/murambi-the-book-of-bones/summary/

https://www.researchgate.net/publication/374875728_MURAMBI_SEBAGAI_REFLEKSI_DARI_GENOSIDA_1994_KE_GENOSIDA_1965_Pengantar_Novel_Murambi_Buku_tentang_Tulang_Belulang

Selengkapnya
Sumber Gramedia Official Blog
Gramedia Official Blog