Voc Manfaatkan Potensi Bisnis Perjalanan Ibadah Haji Pada Masa Kolonial

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

KINCAIMEDIA,JAKARTA -- Ratusan tahun bumi Nusantara mengalami proses Islamisasi nan datang berbarengan dengan aktivitas perdagangan. Para saudagar dari Gujarat, Arab, dan Eropa berdatangan ke beragam kerajaan di Nusantara untuk mendapatkan rempah-rempah nan sangat berbobot dan berbobot mahal. 

Dikemudian hari ada beberapa negara nan menjadi serakah dan menjajah untuk menguasai sumber daya alam bumi Nusantara. Setidaknya ada enam negara nan tercatat pernah menjajah Nusantara sebelum Negara Indonesia lahir, ialah Spanyol, Portugis, Perancis, Inggris, Belanda atau VOC dan Jepang.

Peneliti menduga ketika Portugis berkuasa di Malaka pada tahun 1511, ada cukup banyak pelayaran perdagangan nan membawa hasil bumi dari Nusantara melalui laut merah dan pelabuhan Jeddah (di Arab Saudi). Dari pergerakan pelayaran tersebut diyakini tidak hanya terjadi mobilitas peralatan alias jual beli semata, namun juga mengangkut orang-orang dari wilayah Nusantara nan mau menunaikan ibadah haji. 

Sayangnya tidak ada naskah nan secara persis mencatat penyelenggaraan haji oleh Spanyol, Portugis, Prancis maupun Inggris. Tetapi ketika Belanda alias Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) berkuasa ada banyak naskah nan memuat tentang ibadah haji di masa tersebut.

Ketika kongsi jual beli Belanda VOC berkuasa pada 1602-1800, nyaris seluruh sektor ekonomi dan upaya dimonopoli. Pada masa itu, kolonial sudah mempunyai aparatur pemerintahan lengkap, apalagi penegak norma dan undang-undangnya, berikut angkatan bersenjatanya. 

Dilansir dari kitab Sejarah Ibadah Haji Indonesia dari Masa ke Masa nan diterbitkan BPKH tahun 2023. Dijelaskan bahwa VOC juga tercatat kombinasi tangan dalam pemerintahan sejumlah kerajaan di Nusantara. Maka tidak heran situasi ini memunculkan perlawanan raja-raja Nusantara kepada VOC.

VOC Selenggarakan Pelayaran Untuk Jamaah Haji

Salah satu nan menarik perhatian VOC adalah perjalanan ibadah haji nan dilakukan umat Islam dari sejumlah tempat di wilayah Nusantara menuju Tanah Suci Makkah dan Madinah nan mencapai ratusan hingga ribuan orang. 

Bagi VOC, perjalanan ibadah haji adalah potensi upaya nan besar dan sangat menguntungkan.

Ketika itu belum ada maskapai pelayaran nan unik mengangkut jamaah haji ke pelabuhan Jeddah. Banyak umat Islam Nusantara nan mau berhaji namun tidak ada moda transportasi selain kapal layar nan dimiliki kompeni. Belum ada persaingan nan berfaedah dari maskapai pelayaran negara lain.

VOC kemudian melakukan seenaknya saat mengangkut jamaah haji, dengan mengenakan ongkos nan mahal tetapi tidak diimbangi pelayanan nan baik dan manusiawi serta alakadarnya. 

Penumpang alias jamaah haji ditempatkan di sembarang tempat di sela-sela muatan peralatan nan diangkut kapal dan berada di buritan tanpa perlindungan dari panas, hujan dan ombak. 

Selain itu maskapai VOC juga tidak bertanggungjawab atas penderitaan nan dialami jamaah haji nan diangkutnya. Jika ada jamaah nan wafat dalam perjalanan bakal dimakamkan di pelabuhan terdekat.

Pasca penemuan mesin uap oleh James Watt pada tahun 1769, kemudian dikembangkan untuk pelayaran oleh John Fitch pada tahun 1787 dan Robert Fulton di tahun 1802. Dimulailah era baru haji dengan menggunakan kapal laut bermesin uap nan membikin perjalanan haji menjadi lebih cepat.

Pada tahun 1799, VOC resmi bubar, penanganan haji diambil alih oleh kolonial Belanda. Industri pelayaran semakin berkembang, lantaran teknologi nan semakin maju. Semakin sigap waktu tempuh juga membikin semakin banyak umat Islam nan mau berhaji. Potensi upaya ini ditangkap Belanda dengan mengangkut sebanyak-banyaknya jamaah haji dalam satu pelayaran.

Namun tetap sama saja, kolonial Belanda tidak memberikan akomodasi kesehatan dan keamanan nan memadai kepada jamaah haji. Bahkan, jumlah makanan dalam kapal nan disediakan maskapai pelayaran kolonial Belanda kurang, artinya tidak sebanding dengan jumlah jamaah haji nan diangkut. 

Seringkali peralatan berbobot dan arsip krusial jamaah haji lenyap ketika ombak besar menyapu dek kapal di malam hari. Karena tidak sedikit jamaah haji nan kudu tidur di dek tanpa kasur, dan ombak besar biasanya datang di malam hari saat gelap gulita.

Selengkapnya
Sumber Intisari Islam
Intisari Islam