Konsep Kemenangan Dalam Islam Adalah Melawan Hawa Nafsu  

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

KINCAIMEDIA,JAKARTA — Sebagai seorang Muslim kita mengetahui bahwa agama Islam mengajarkan umatnya untuk bersikap Qanaah, baik saat mencapai kemenangan maupun ketika menemui kekalahan. Karena menang dan kalah, merupakan takdir Allah nan diberikan kepada manusia secara bergantian.

Prof Imam Suprayogo menyebut dalam sebuah riwayat, bahwa perang Badar di era Rasulullah SAW banget berat. Tetapi disebutkan pula bahwa tetap ada peperangan nan lebih berat lagi nan bakal dihadapi oleh kaum muslimin setelah perang badar, adalah perang melawan hawa nafsu.

Karenanya konsep kemenangan dalam Islam sejatinya adalah ketika kita bisa untuk mengendalikan hawa nafsu tersebut, semata-mata untuk mendapatkan Ridho Allah Swt. Karena hawa nafsu merupakan musuh nan tidak terlihat dan tidak nampak, oleh lantaran itu, orang nan sukses melawan hawa nafsunya maka Allah bentangkan jalannya menuju Surga Allah.

Allah berfirman, "Orang-orang nan berjihad (bersungguh-sungguh) di jalan Kami, sungguh bakal Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan Allah betul-betul berbareng orang-orang nan melakukan baik." (QS. Al-Ankabut: 69)

Ali bin Muhammad ad-Dihami menyebut dalam bukunya “Upaya Mengendalikan Hawa Napsu Upaya Meraih Ridha Allah” mengatakan, bahwa ayat tersebut merupakan petunjuk nan didapat manusia berjuntai pada jihadnya alias kesungguhannya. Oleh lantaran itu, orang nan paling sempurna hidayahnya adalah orang nan paling keras jihadnya. 

Adapun jihad nan diwajibkan, secara berurutan adalah jihad melawan nafsu, jihad melawan ego, jihad melawan setan dan jihad melawan dunia. Barangsiapa berjihad melawan empat perihal ini, Allah bakal membentangkan baginya jalan untuk meraih ridha-Nya nan bakal mengantarkannya ke surga. Sementara orang nan meninggalkan jihad secara sengaja, bakal kehilangan petunjuk sebesar jihad nan ditinggalkannya.

Rasulullah SAW bersabda,

"Jihad nan paling utama adalah orang nan berjihad melawan nafsunya lantaran Allah.”

Menurut Ibnul Qayim, jihad untuk melawan musuh Allah nan berada di luar adalah cabang, sedangkan jihad untuk melawan nafsu adalah pokok. Karena itu, jihad melawan nafsu kudu didahulukan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ”Orang nan berjihad adalah orang nan memerangi nafsunya dalam alim kepada Allah, sedangkan orang nan berhijrah adalah orang nan meninggalkan larangan Allah.”

Oleh lantaran itu, selama belum menundukkan dan memaksa nafsunya untuk melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan, seseorang tidak mungkin dapat memerangi musuh nan berada di luar. Tidak mungkin dia dapat memerangi dan berada di tengah-tengah musuh jika musuh nan berada di depannya tetap menguasai dirinya. Sekadar keluar untuk menghadapinya, dia pun tidak bakal mampu, selain jika dia menundukkan nafsunya terlebih dahulu.

Ahmad dan Tirmidzi meriwayatkan sebuah sabda marfu nan berbunyi, "Orang nan pandai adalah orang nan dapat menundukkan nafsunya kemudian bekerja untuk kehidupan setelah mati, sementara orang nan lemah akalnya adalah orang nan menuruti hawa nafsunya kemudian berambisi kepada Allah."

Menurut riwayat di atas, manusia terbagi menjadi dua kelompok: orang nan pandai dan orang nan lemah akalnya. Orang nan pandai adalah orang cerdas nan berpendirian teguh dan selalu memperhatikan akibat segala sesuatu. la dapat menundukkan dan menggunakan nafsunya untuk melakukan sesuatu nan berfaedah bagi kehidupan di akhirat.

Orang nan lemah akalnya adalah orang nan dungu nan tidak berpengetahuan, nan tidak pernah memikirkan buah dari perbuatannya. Orang tersebut lebih suka mengikuti nafsunya nan condong kepada sesuatu nan membawa kenikmatan duniawi, meskipun sebenarnya kenikmatan itu membawa malapetaka bagi kehidupannya di akhirat, apalagi juga bagi kehidupannya di bumi ini.

Selengkapnya
Sumber Intisari Islam
Intisari Islam